11. Groom

19.2K 1.9K 239
                                    

Tok tok tok!

Pukul lima dini hari pintu kamar Ava di ketuk, gadis yang masih terbaring lelap dengan gaun pengantin yang melekat ditubuhnya itu terpaksa harus bangun padahal rasanya sangat letih sekali.

"Siapa orang gila yang mengetuk?" gerutu Ava sebal.

Seluruh tulangnya berbunyi, Ava kelelahan secara mental. Itu sebabnya ia nampak lesu pagi-pagi sekali atau mungkin karena kebiasaannya yang sejak dulu memang tidak pernah bangun pagi. Biasanya sih jam sepuluh pagi adalah sesi kedua tidur baginya dahulu.

Tok tok tok!

"Sebentar!" seru Ava seraya berjalan mendekati pintu dengan langkah gontai, ia saja meraih kedua gagangnya malas-malasan dan tak menebak siapa yang ada dibaliknya.

"Selamat pagi...!" Annelise menyapa dengan wajah riang, di tangannya terdapat sebuah nampan berisi piring yang di atasnya tersaji tumpukan kue kering buatan dan segelas susu berasa tepat di sebelahnya. "Aku suka sekali membuat kue. Jadi, aku membuatnya pagi ini untukmu. Waktu sarapan dimulai pukul delapan, sejak kemarin aku tidak melihatmu makan setelah tiba disini lalu melangsungkan sumpah suci."

Ava mengangguk-angguk, dalam hati ia berkata. "Kalau aku pria sudah ku bawa kau kawin lari, Annelise. Sayangnya aku juga terjebak disini dengan pernikahan yang menyedihkan."

"Kau tidak apa-apa?" Annelise bertanya dengan raut khawatir. "Wajahmu agak pucat dan lesu, mau kubawakan rendaman air susu hangat?"

"Tidak, tidak usah. Ini cukup, terimakasih banyak." Ava menerima nampan itu dari Annelise lalu tersenyum.

"Jika kau merasa tak nyaman disini atau butuh sesuatu seperti teman yang bisa diajak bicara, kau bisa mencariku." Tambah Annelise peduli.

Ava hanya mengangguk karena pada dasarnya ia juga terpukau dengan gadis sesabar dan sebaik hati Annelise. Bahkan setelah disiksa selama bertahun-tahun pun Annelise masih memperlakukan tunangannya dengan baik dalam buku.

"Ah, tunggu!" Annelise berseru, tangannya terlihat akan meraih bahu Ava namun tidak jadi sehingga gadis itu memilih mengenggam udara kosong.

"Ya?" Ava berbalik dan menanyai.

"Boleh aku memanggilmu, kakak?"

Ava tak merasa keberatan akan hal itu jadi, ia anggukan kepalanya. "Tentu."

Annelise tersenyum lalu membungkuk hormat pada Ava. "Kakak mandilah lalu turun, ya? tidak usah buru-buru, semua orang belum bangun."

"Baiklah." Ava lalu menutup kembali pintu kamar kemudian duduk di tepi kasur seraya menyantap kue kering buatan Annelise.

Dalam waktu singkat, ia merasa sangat terkesan. "Ini enak!" mengambil potongan kue kering lainnya lalu memakannya hingga puas.

Sementara itu di bawah, tepatnya di ruang makan, nampak semua orang telah berkumpul berkebalikan dengan yang Annelise katakan. Gadis itu bahkan bergabung ke tengah-tengah mereka dan membantu Serophine menjadikan makanan pada semua orang.

Jika soal makanan, Malvolio lebih suka sang istri yang memaksa. Meski notabennya mereka adalah pasangan Raja dan Ratu namun tetap ingin menjunjung nilai kekeluargaan tinggi.

"Annelise, dimana Ava?" Serophine bertanya pada gadis itu sebab tadi Annelise sendiri yang menawarkan diri untuk menjemput Ava diatas.

"Maafkan aku, Bu." Annelise tersenyum kikuk dan menundukkan kepalanya sambil menjelaskan. "Kakak ipar nampaknya merasa kelelahan, aku tidak tega membangunkannya."

"Begitu, ya..." mimik wajah Serophine selaku sang ibu mertua seketika berubah menjadi tidak enak selama kurang dari dua detik sebelum akhirnya wanita itu tersenyum. "Tidak apa-apa, dia belum terbiasa mengenai adab keluarga ini."

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang