5. He Accepted it

21.5K 1.8K 139
                                    

Genap tiga tahun usia pernikahan yang dijalani oleh Brianna dan Pangeran tertua Kerajaan Orpheus. Zafar Calliope. Hubungan mereka bermula dari keduanya yang saling jatuh hati saat pertama kali bertemu pada suatu pesta. Brianna yang notabennya merupakan putri dari kerajaan tetangga dengan mudah mendapatkan restu mulus dari kedua orang tua Zafar sehingga selang sebulan setelah pertemuan pernikahan keduanya berlangsung.

Namun sangat disayangkan, Brianna dinyatakan mengidap penyakit berbahaya yang tidak bisa di sembuhkan setahun setelahnya. Tabib bilang penyakit yang Brianna derita akan menggerogotinya secara perlahan hingga menjelang kematian. Tidak ada obat herbal apapun atau pembedahan manapun yang bisa menyembuhkan perempuan itu.

Hanya kematian yang menunggunya cepat atau lambat. Brianna memilih pasrah karena memang tidak ada obatnya. Sudah dua tahun sejak ia dinyatakan mengidap penyakit kronis yang tidak diketahui itu dan sudah selama itu pula Zafar mengatakan tidak akan pernah menikah lagi jika seandainya sang istri meninggal di kemudian hari.

Tetapi, Brianna merasa dirinya tidak berhak mendapatkan kesetiaan itu dari sang suami. Bagi Brianna kebahagiaan Zafar sangat penting. Terlebih setelah ayah mertuanya mendatanginya semalam, untuk memohon padanya agar Zafar setuju menikah lagi dan Brianna ditugaskan untuk membujuk suaminya itu.

"Tuanku," Brianna memanggil dengan suara lemah lembut.

Zafar yang tadinya sedang sibuk menikmati teh di balkon langsung menoleh ke arah ranjang tempat dimana Brianna berbaring tak berdaya.

Pria berumur dua puluh tujuh tahun dengan warna rambut putih abu yang nampak lebih terang dari milik Sebastian itu dengan cepat berjalan menghampiri istrinya dan duduk di tepi ranjang.

"Ada apa sayang?" tanya Zafar penuh kasih sayang sambil mengusap puncak kepala Brianna.

"Aku tidak akan sembuh." Ucapnya sambil tersenyum lemah sembari meraih tangan besar sang suami lalu mengelusnya lembut.

"Jangan berkata seperti itu." Zafar tidak suka mendengarnya, setiap kali Brianna terdengar seperti menyerah. "Masih ada keajaiban."

Brianna menggeleng. "Itu kenyataan, kau dan aku harus menerimanya."

"Sudah kubilang jalani dengan lebih santai, kan?" Hela nafas Zafar terdengar. "Jangan terlalu dipikirkan. Ada aku disisimu."

"Aku mengerti, namun..."

"Apa?"

"Jika aku mendadak pergi," ada sedikit jeda disana. "Siapa yang akan menjaga dan merawatmu?"

"Aku bisa melakukannya sendiri." Tegas Zafar menjawab.

"Aku akan sedih." Brianna menyahut dengan nada pilu, wanita itu sedang menahan tangisnya. "Aku tidak ingin melihatmu kesusahan."

"Brianna..." suara Zafar melembut, lebih lembut dari sebelumnya. "Aku akan selalu setia padamu baik kau disisiku atau pun tidak sama sekali."

"Aku memahami kesetiaanmu, Suamiku." Brianna menghela nafas pelan lalu menambahkan, "namun apakah kau bisa memahami kegelisahanku?"

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan, sayang?"

"Aku ingin kau menikah lagi." Ujar Brianna mengutarakan langsung maksud ucapan-ucapan sebelumnya.

"Aku tidak bisa berhenti gelisah jika kau tetap memilih sendiri jika aku sudah tidak ada." Lanjut perempuan itu berkata, tak bisa membayangkan suaminya melakukan segalanya sendiri. "Aku ingin ada yang merawatmu, aku mohon. Aku mohon padamu, Zafar."

Brianna menempatkan kedua tangannya di depan dada, mengatupkannya. "Aku mohon..."

"Brianna..."

Perempuan itu menggeleng, tak mau mendapatkan bujukan kali ini. "Aku tidak bisa berhenti memikirkannya."

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang