"Yang Mulia, Yang Mulia..." pelayan bernama Nyla itu mengusap-usap rambut panjang Ava dengan penuh kasih sayang dan lembut. "Saat Yang Mulia mandi nanti, tolong jangan dibasahkan dulu rambutnya. Kami sudah oleskan obat pada luka di kulit kepala anda."
"Ah, ya..." Ava menggangguk linglung.
"Baiklah, Yang Mulia mau dibawakan sesuatu?" tanya Nyla perhatian, ia merupakan pelayan baru dan hampir seumuran dengan Ava.
Ava menggeleng sebagai jawaban dari tawaran Nyla. "Tidak usah, cukup. Terimakasih, ya?"
Nyla mengangguk semangat. "Saya ada diluar kamar anda jika butuh sesuatu panggil saja, ya?"
Untuk kedua kalinya Ava mengangguk, saat ini benaknya dipenuhi oleh kilasan kejadian tadi yang mana ia sempat melihat Annelise tersenyum dari pantulan kaca seraya melepas pegangannya dari tangan Serophine sehingga kulit kepala Ava terluka.
"Aku tidak mungkin salah lihat." Gumamnya pelan seraya menatap ke arah cermin, melihat pantulan wajahnya sendiri. "Annelise tersenyum... mengapa?"
"Aku bisa saja menganggapnya tidak sengaja karena situasinya sangat kacau tapi, senyum itu..." Ava menggigit bibir bawahnya lalu menggeleng, "jangan bilang selama ini Annelise menjelekkanku?"
Ava berdecak pelan. "Pikiranku terlalu jauh, Annelise adalah protagonis yang lemah lembut. Tapi, bagaimana kalau dia menjadikan sifat lemah lembutnya untuk memanipulasi orang!?" Nada bicara Ava menjadi naik turun dalam sekejap, dari tenang menjadi panik sampai hampir menepuk kepalanya sendiri jika tidak lebih dulu sadar kalau sedang ada luka disana.
"Pangeran Mahkota pasti sudah pergi memeriksa lahan, ini sangat memalukan." Decaknya kesal seraya memandang ke arah rambutnya yang memiliki jejak bubuk herbal basah berwarna kuning. "Perih sekali, bagaimana caraku tidur malam ini?"
Hela nafas kasar keluar dari belah bibir Ava, ia lalu memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman. Namun baru membuka pintu, seorang pemuda berdiri tepat di balik pintu itu.
Bukan Sebastian.
"Yang Mulia, anda harus ikut berkumpul di ruang pertemuan. Penyelidikan dan penggeledahan tiap kamar sedang dilakukan."
"Untuk apa?" tanya Ava.
Pemuda itu lalu menjelaskan, "Yang Mulia Raja jatuh sakit bukan karena penyakit tua atau penyakit akibat salah memakan sesuatu, ada dugaan beliau diracun oleh seseorang."
Ava mendengarkan lalu setuju untuk pergi ke ruang pertemuan walau artinya ia harus bertemu lagi dengan Serophine yang mengerikan.
"Ini belum satu jam dari kejadian tadi, lho." Batinnya masih agak trauma.
"Yang Mulia segeralah turun, saya akan menemui Pangeran Zafar dan memberitahunya informasi serupa." Ucap pemuda yang tak lain dan tak bukan ialah Kalyas, wakil Panglima perang.
"Iya." Jawab Ava seadanya lalu bergegas menuju ruang pertemuan ditemani oleh Nyla, pelayan seumurannya yang langsung mengajukan diri.
"Anda masih syok, saya akan antar dan temani." Ucap gadis itu.
"Terimakasih." Ava tersenyum tipis lalu pergi bersama Nyla ke ruang pertemuan.
Di ruangan itu ada Serophine yang duduk bersebelahan dengan Annelise, beberapa dewan penting istana seperti Penasehat, tiga orang Menteri, dan satu orang lain entah siapa. Wajah mereka asing, Ava tidak pernah lihat dan tidak tertarik berkenalan.
"Kau keluarlah," pinta Sang Penasehat pada Nyla namun gadis pelayan itu menggeleng.
"Saya harus berada disini untuk menjaga, Yang Mulia."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...