Dalam waktu singkat kediaman Baron Edgar dipenuhi oleh para prajurit dan pelayan dari istana. Masing-masing dari mereka berbaris dan berdiri memenuhi halaman depan rumah besar milik pria itu dan di tengah mereka semua terlihat Sebastian yang baru saja turun dari kudanya.
Keramaian yang mendadak tercipta di depan kediamannya membuat Edgar cepat-cepat keluar dengan wajah panik namun senyumnya nampak sumringah.
"Y-Yang Mulia!?" kaget pria itu langsung membungkuk hormat saat melihat Sebastian berdiri tepat di teras rumahnya.
"S-suatu kehormatan bagi saya dikunjungi oleh anda...!" girang Edgar berseru.
Sebastian mengangguk samar, tidak ada balasan darinya. Netra abu gelap miliknya langsung menyusur ke segala arah, mencoba untuk mencari-cari gadis itu entah di balok atau jendela kamar.
"Jika saya boleh tahu, apa alasan anda datang kemari?" tanya Edgar pura-pura bingung padahal sudah jelas jika seseorang datang dengan ramai bersama banyak hadiah maka artinya orang itu berniat melamar seorang putri dari keluarga yang didatangi.
"Aku ingin melamar putrimu yang bernama Ava Eulalie." Ujar Sebastian langsung mengutarakan maksudnya. "Bisa aku masuk ke dalam?"
"T-tentu, tentu!" dengan bersemangat Edgar mempersilakan Sebastian menapaki ubin rumahnya yang di dominasi oleh warna putih. "Silakan Yang Mulia, silakan duduk terlebih dahulu."
Edgar lalu mendekat pada seorang pelayan yang ada di ruang tamu dan berbisik."Cepat sajikan minuman untuk Yang Mulia."
Pelayan wanita itu mengangguk, dia segera pergi ke dapur kediaman untuk membuatkan minuman secepat mungkin.
"Jadi, anda setuju atau tidak?" ucap Sebastian melempar pertanyaan serupa.
"Apakah anda tidak ingin melihat putri saya terlebih dahulu?"
"Baiklah," angguk Sebastian samar. "Bawa dia ke hadapanku."
Edgar menyanggupi permintaan Sebastian dengan membangkuk, terlebih dulu ia membungkuk lagi sebelum melangkah cepat menuju lantai atas rumahnya. Menapaki satu per satu anak tangga sebab setelah melihat banyaknya hadiah yang didominasi oleh emas, Edgar tergoda.
Ketimbang menikahkan putrinya dengan rentenir seperti Frank, akan lebih baik Edgar menerima lamaran yang Pangeran Mahkota ajukan untuk putrinya sebab ia akan mendapatkan lebih banyak kekayaan melimpah secara cuma-cuma bahkan bisa melunasi hutang berbungaya dengan Frank.
"Nak..." langsung dibukanya pintu kamar Ava tanpa permisi terlebih dahulu sebab di dalam sana pun terdapat dua orang pelayan wanita yang bertugas menjaga gadis itu siang dan malam.
Ava menoleh ke arah pintu saat mendengar suara Edgar. "Ada apa?" tanyanya langsung menatap dengan penuh rasa curiga.
"Turunlah ke bawah." Pinta Edgar menatap tegas, sorotnya sedikit lebih sumringah dari biasanya. "Cepat!"
Ava menghela nafas jengah. "Apalagi kali ini? Bukankah kemarin aku sudah bertemu dengan pria itu dan menghabiskan waktu hampir seharian? Ayah memintaku melakukannya lagi?"
"Turun saja, Ava!" desis Edgar.
Meski kesal, Ava tak bisa melakukannya apapun terlebih dua pelayan yang masing-masing satu di sisi kiri dan satu lagi di sisi kanan sudah memegangi lengannya.
Daripada seorang putri Baron, Ava lebih mirip tahanan rumah. Edgar setidakmau itu mendapati kenyataan Ava lari dari rumah lagi, terlebih setelah mengetahui gadis itu satu-satunya yang bisa ia andalkan untuk melunasi hutang.
Tak heran sih, hal seperti itu wajar dalam novel-novel bergenre fantasi tempat Ava bertransmigrasi saat ini. Bahkan ada banyakkkk sekali tokoh utama perempuan yang dijual sendiri oleh ayahnya secara sadar demi kekayaan semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...