9. Wedding

19.7K 1.8K 118
                                    


"Ava, itu namamu?" Brianna tersenyum tipis seraya berjalan mendekat menghampiri Ava.

Wanita berambut merah itu membantu mengikat tali gaun pengantin yang sedang Ava kenakan. Ya, gadis itu sengaja meminta waktu berdua dengan Ava agar dapat kesempatan bicara sebelum sumpah pernikahan diucap.

"Terimakasih, Yang Mulia. Itu benar nama saya." Ava tersenyum karir sambil membenarkan pertanyaan Brianna tentang namanya.

Brianna mengangguk. "Kau tidak perlu terlalu formal saat bicara denganku karena sebentar lagi," jeda sebentar, terlihat guratan raut sedih yang tertahan di wajah perempuan itu. "Sebentar lagi kita akan menjadi saudara."

Ava menggigit bibir. "Apa maksudmu?" ia tidak tahu atau bahkan tidak pernah mendengar tentang wanita berambut merah sebagai anggota keluarga Calliope.

"Kau... belum diberitahu?" tatapan Brianna berubah prihatin, "ah, mereka pasti tidak sempat. Begini,"

"Kau akan menjadi istri kedua dari suamiku, Zafar." Ucapnya menjelaskan.

"Hah!?" kaget Ava.

"Aku Brianna, istri pertama Zafar. Kau akan menjadi yang kedua--"

"Tidak, kau pasti bercanda!" Ava menggeleng cepat. "Jika pria itu sudah menikah lantas... lantas mengapa di menikah lagi dan..." spontan Ava melihat dirinya sendiri, menundukkan kepala dan menatap gaun hitam yang melekat di tubuhnya.

Sebuah gaun pernikahan yang seharusnya memberi kesan kebahagiaan kini menjadi sebaliknya.

Hitam.

Warna gaun paling memalukan yang dipakai oleh pengantin wanita.

"Tenang dulu," Brianna mencoba menjelaskan dan memberikan pengertian saat Ava hendak membuka gaun yang sudah dipakainya.

"Tidak, aku tidak bisa tenang." Bantah Ava menolak patuh. "Pria itu sudah punya istri tapi, dia menikah lagi. Dia tidak waras--"

"Tunggu!" pekik Brianna tepat sebelum Ava merobek bagian depan gaun. "Ini tak seperti yang kau pikirkan, Ava. Zafar memang sudah menikah denganku, namun..."

Kata-kata Briann terhenti di sana, perempuan itu beralih menyisir rambut panjangnya dengan sela jari lalu menunjukkan segumpal rambut yang copot ke pada gadis itu.

"Aku sedang sekarat." Ucapnya memberitahu. "Lambat laun kematianku sudah dekat. Aku hanya tidak ingin meninggalkan suamiku sendirian di dunia ini. Karena itu--"

"Kau memintanya menikah lagi dengan seorang gadis?"

Brianna mengangguk. "Tapi, sungguh... aku sangat berharap kepadamu." Diraihnya kedua tangan Ava lalu digenggamnya lembut. "Hanya kau yang bisa memenuhi harapan terakhirku, aku mohon...?"

Ava menolak. "Aku tidak bisa, tadinya kupikir pria itu memang belum menikah tetapi, kau... kau adalah istrinya dan aku tidak bisa."

Brianna menahan air mata, terlihat kedua matanya kini berkaca dan genggamannya terhadap tangan Ava semakin menguat karena gadis itu satu-satunya yang Brianna yakini bisa merawat suaminya.

"Aku akan meninggal..." tepat setelah mengatakan itu hidung Brianna mengeluarkan darah.

Seketika situasinya menjadi panik, Ava langsung menarik Brianna mendekat ke kasur yang ada di kamar itu lalu memintanya duduk.

"S-sebentar, biar kupanggil pelayan--"

"Menikahlah dengan suamiku." Pinta Brianna memohon, memegangi pergelangan tangan Ava dengan erat.

"Menikahlah dengannya." Sekali lagi Brianna masih memelas sambil mengusap darah yang terus mengalir keluar dari lubang hidungnya dengan punggung tangan yang satu lagi.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang