17. Reveal

17.2K 1.9K 249
                                    

Sang Raja jatuh sakit.

Seluruh masyarakat diberitahukan tentang itu sebab Malvolio hingga sehari setelah jatuh pingsan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan membaik. Jadi, masyarakat sengaja diberitahu agar tak kaget jika mendadak terjadi pergantian pemerintahan.

"Kira-kira apa yang terjadi pada Raja?" satu dengan yang lain bergosip.

"Karma! Itu karma karena tak kunjung menangkap si pembunuh berantai!" cetus yang lain ngotot.

Ada yang bersimpati ada juga yang tidak, kebanyakan dari mereka berspekulasi sang Raja sakit karena faktor usia tanpa curiga kalau sesuatu telah dimasukan ke dalam makanan yang berakhir di konsumsi oleh sang Raja tanpa merasa curiga.

Semua anggota kerajaan merasa sedih kecuali Ava yang memang tidak terlalu dekat atau mengenal Malvolio lama selain menganggap pria itu adalah ayah mertuanya.

Ava menjadi satu-satunya yang tidak menangis dan tidak panik semalam, ia bahkan bisa pamit kembali ke kamar dan tidur nyenyak tanpa memikirkan kelanjutan hidup Malvolio nantinya.

"Kalau di duniaku yang sebelumnya, orang yang tenang dan diam justru langsung dituduh sebagai pelaku." Gumam Ava tak habis pikir, ia sedang mengganti sarung bantalnya di kamar dan belum turun.

"Kakak ipar~" sebuah bisikan lembut datang bersama pelukan dari arah belakang yang langsung mengikat Ava ke dalam lingkaran tangan kekar milik si pemuda.

Deg!

"APA!? KAU!!" kedua mata Ava melebar, ia memberontak jadi-jadian. "Yang Mulia, lepaskan saya!" Ava justru lebih panik dalam situasi ini, ketika Sebastian entah bagaimana bisa masuk dan memeluknya tiba-tiba.

"Kakak ipar, aku sedang bersedih." Sebastian memasang nada pilu dalam suaranya. "Ayahku jatuh sakit, aku ingin menangis sambil memelukmu. Masa tidak boleh kulakukan itu? Kakak ipar macam apa kau ini? huhu..."

"Seseorang bisa melihat! Lepaskan! Lepaskan aku!" Ava terus memberontak sambil memukuli lengan Sebastian yang melingkar erat dipinggangnya walau tak membuahkan hasil sedikitpun.

"Kakak ipar, sudahlah. Memangnya siapa yang bisa datang selain--"

Tok tok!

"Ava?"

"Zafar..." gumam Ava dengan kedua pupil mata membesar usai mendapati ketukan dan suara seseorang memanggil namanya.

"Ck, brengsek." Desis Sebastian tetapi, ia tidak langsung melepaskan Ava melainkan menyudutkan gadis itu ke dinding.

"Pangeran Mahkota!" Ava membentak dengan suara lirih, "lepaskan aku!"

Sebastian merotasikan matanya malas. "Jadi, kau lebih memilih suamimu yang menamparmu dihadapan semua orang dibanding aku?"

"Sebastian..."

"Ahhh~ aku suka mendengarnya." Pemuda itu menggigit bibir bawah dan meletakkan ibu jarinya menekan bibir Ava, "sebut lagi... namaku... sebut..."

"Ava, kau di dalam?" suara Zafar terdengar lagi.

"Ava..." Sebastian menangkup wajah Ava lalu mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan. "Panggil namaku atau cium aku? antara kedua itu, aku akan langsung melepaskanmu."

"Kau gila."

"Sangat!" bisik Sebastian menanggapi, "pilihan ada di tanganmu, kakak ipar~"

"Ava?"  Zafar memanggilnya lagi.

"Namaku atau--"

"Sebastian..." ucap Ava memanggil nama pemuda itu lirih dengan suara merdunya yang sedikit parau, membuat aliran darah di tubuh Sebastian terasa membeku dalam sekejap.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang