28. I See It

15.7K 1.8K 358
                                    

Leah menggembungkan pipi, seperti biasa ia selalu berada diatas Zafar dan memeluk lelaki itu erat. "Yang Mulia, bukankah kau tidak mencintainya dan dia juga tidak mencintaimu lalu kenapa kalian terus terikat dalam pernikahan?"

"Entahlah." Jawaban asal diberikan oleh Zafar karena ia sendiri pun tidak tahu, ah... mungkin karena permintaan terakhir Brianna. "Sebelum istri pertamaku meninggal, dia memintaku menikah kembali agar ada seseorang yang merawatku jika dia tidak ada nanti."

"Namun lihatlah siapa yang merawatmu sekarang?" Leah menunjuk dirinya sendiri dengan bangga. "Aku. Akulaj yang merawatmu, bukan perempuan itu. Perempuan itu sama sekali tidak merawatmu."

Zafar menghela nafas jengah. "Bisa tidak bahas hal lain saja?"

Bibir Leah semakin mengerucut persis seperti puncak piramida Fir'aun. "Tapi, aku--"

"Jika terus membicarakannya aku akan pulang." Ancam Zafar.

"Jangannnnnn!" Leah menggeleng kencang, "tetaplah disini, aku... aku akan berbaring diatasmu dan tutup mulut." Ucapnya seraya menempatkan kepalanya bersandar di dada bidang Zafar.

Sementara itu di istana, Sebastian mengajak Ava ke ruang penyimpanan harta yang letaknya berada di ruang bawah tanah dengan alasan ingin menyimpan peti berisi balok emas dari Ratu Charis.

"Kenapa tidak minta bantuan prajurit saja?" Ava bertanya saat merasa Sebastian mungkin akan mengalami encok dini jika memindahkan peti berat itu sendirian, memang tidak terlalu besar namun tetap saja mengkhawatirkan.

"Tenanglah, pinggangku tidak akan patah dengan mudah." Sebastian menyahut terkekeh. "Lagipula kita belum melakukan apa-apa, itu tidak boleh sampai patah."

"Bisakah kau berhenti mengatakan hal vulgar!?" protes Ava kesal.

"Tidak bisa malahan aku ingin langsung buka celana sekarang."

"Diam!"

"Hehehe.." kekehan lainnya terdengar sesaat sebelum Sebastian mulai mengangkat peti dan membawanya turun menuju ruang harta.

"Tempat ini sangat rahasia." Ujar Sebastian pada Ava. "Aku akan bersih-bersih jadi aku menyimpan semua harta disini."

"Bersih-bersih di malam hari?" kening Ava berkerut banyak, "bukankah semua orang terutama para pelayan tidur di malam hari? siapa yang akan bersihkan?"

Sebastian meletakkan peti itu diatas tumpukan peti lainnya lalu berbalik dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku, aku yang akan membersihkan seluruh istana dalam semalam."

"Kau?" Ava sebenernya tidak percaya tetapi pada akhirnya ia memilih untuk iya-iya saja agar lebih cepat.

"Nah, semua sudah tersimpan rapih di dalam. Ayo keluar?" Sebastian mengulurkan tangannya pada Ava setelah mengelapnya ke baju terlebih dahulu, memastikan tidak ada kotoran pada tangannya itu.

Ava menatap uluran tangan itu, ia ragu tapi kemudian Sebastian meraih tangannya duluan. Menggenggamnya dengan erat namun lembut. Keduanya lalu kembali ke atas setelah memastikan pintu ruang bawah tanah telah terkunci.

"Malam ini aku ingin membawamu ke suatu tempat." Ucap Sebastian tiba-tiba.

"Apa? Ini hampir tengah malam." Ava secara tak langsung memberi penolakan tetapi bukan Sebastian namanya jika menerima penolakan.

"Ikut saja, tempat itu menyaksikan pertunjukan spektakuler." Timpal Sebastian antusias, "tapi, ada satu syarat..."

"Syarat?" belum dijawab pertanyaannya, Sebastian lebih dulu mengeluarkan kain kecil panjang dari balik saku celananya lalu mengikat kain itu menutupi mata Ava.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang