SEBAS : VOTE( ̄へ  ̄ 凸
"Awhh..." ringis Leah.
"Yang Mulia--"
"Kenapa kau membawanya ke sini?"
Ucapan Leah terpotong oleh perkataan Zafar, pria itu mempertanyakan alasan mengapa sang adik membawa Ava ke tempat ini. Mengapa bisa seniat itu?
Seraya menggulung selimut menutupi tubuh bagian bawahnya, Zafar mendekat menghampiri keduanya.
"Sebastian, mengapa kau lakukan ini?" tanyanya tepat di depan wajah adik laki-laki beda ibunya itu.
Leah bangkit dan berjalan menyusul, menempatkan dirinya di samping Zafar dan bertanya. "Kalian ini tidak tahu privasi, ya?"
Hidung Ava mengkerut, ia refleks melangkah mundur ke belakang saat mencium aroma pandan menyengat yang menyeruak dari tubuh mereka berdua.
"Mengapa tidak kau tanyakan saja pada rekan tidurmu?" alih-alih menjawab Zafar, Sebastian membalas Leah. "Tanya ke dia siapa aku dan perempuan ini."
Tatapan Leah mengarah langsung pada Zafar, pria itu melihat padanya sekilas dan mengangguk seolah menjawab tebakannya mengenai perempuan itu dan...
"Pangeran Mahkota?" tebaknya ragu-ragu.
"Masih ada yang tidak mengenalku rupanya, ckckck... sangat disayangkan sekali." Kepala Sebastian menggeleng-geleng, bibirnya mengerucut, dan tangan kanannya mengacungkan jempol terbalik.
"Ava..." tangan Zafar terulur namun Ava menghindarinya sambil nyengir dan berpura-pura membungkuk, membenarkan sepatunya.
"Tali sepatuku lepas." Ujarnya refleks padahal sepatunya saja tidak memiliki tali.
Merasa paham akan situasi dimana Ava tidak ingin bersentuhan atau melakukan kontak fisik dengan Zafar, Sebastian menempatkan dirinya menutupi gadis itu dan menghadapi sang kakak.
"Tadi kau tanya apa padaku?"
"Kenapa kau lakukan ini padaku? Kenapa kau libatkan dia?" Zafar mengulang pertanyaannya dan menaruh fokus pada Sebastian, menunggu jawaban luar biasa dari pemuda itu.
"Entahlah." Dilihatnya bahu Sebastian terangkat sesaat, "menurutmu bagaimana?"
"Apa itu sebuah jawaban?" Zafar terkekeh sumbang tak mengira Sebastian akan membawa Ava secara mendadak ke tempat ini dan menunjukan kegiatan yang tengah dilakukannya bersama Leah.
"Tanpa kutunjukkan sebenarnya dia juga sudah tahu," celetuk Sebastian seraya menempatkan kedua tangannya di pinggang. "Kau pikir dia bocah sepuluh tahun yang bisa berpikir positif saat suaminya tidak pernah pulang setiap malam dan bahkan tidak pernah bicara lebih dari lima menit padanya? Astaga..." lanjutnya memasang ekspresi dramatis palsu.
"Kau... merasa malu, ya?" pertanyaan itu Sebastian layangkan sambil melihat Zafar dari atas ke bawah lalu dengan iseng ditariknya lilitan selimut pria itu hingga terlepas.
"Sebastian!" desis Zafar tambah kesal.
"Masih untung aku tak membawa seluruh rakyat untuk memergoki kelakuanmu."
"Aku menikah karena permintaan istri pertamaku bukan karena keinginanku." Jawab Zafar tegas, "aku berhak mencari kebahagiaan lain diluar lagipula aku tidak pernah menuntutnya memenuhi hak-hak sebagai istri terhadapku."
"Maka bercerailah." Usul Sebastian. "Kok diam?"
"Aku tidak bisa." Setelah beberapa saat Zafar mengonfirmasi jawabannya terhadap usulan Sebastian. "Brianna memintaku menikah dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...