24. Affair

18.5K 1.7K 264
                                    

"Anda bisa keluar." Prajurit itu akhirnya membuka sel tahanan tempat Ava berada setelah semalaman gadis itu tidur sendiri disana

Hela nafas penuh rasa syukur keluar dari belah bibi Ava, setelah diminta meninggalkan penjara... Ava bergegas mengecek apakah Nyla menyiapkan makanan Zafar seperti biasa.

Karena lagi-lagi Ava merasa bertanggung jawab terhadap pesan terakhir dan tujuan Brianna memohon padanya untuk menikah dengan suaminya.

"Saya menyiapkannya seperti biasa Yang Mulia," ujar Nyla memberitahu. "Hanya saja..."

"Hanya saja?" sahut Ava cepat, "hanya saja apa?"

"Pangeran Zafar tidak kembali semalaman, beliau tidak ada di kamar dan belum kembali."  Jawab Nyla seadanya.

"Kau tahu kemana dia?"

Nyla menggeleng.

"Apa dia sungguh-sungguh pergi ke tempat pelacuran?" Ava bertanya dalam hati seraya mempertimbangkan orang sedingin Zafar yang bahkan tidak pernah meliriknya sedikitpun mampu menghabiskan waktu bersama wanita lain rasanya agak... mustahil.

"Sekalipun dia pergi, itu bukan urusanku." Sambung Ava dalam hati, berdebat dengan dirinya sendiri lalu berdecak.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Nyla khawatir usai mendapati Ava berdecak sendiri seperti sedang marah di dalam hati.

Gadis itu menggeleng, "bukan apa-apa, dengar... ganti makanannya jika sudah dingin. Mengerti?"

Nyla mengangguk. "Baik, Yang Mulia."

"Bagus." Ava tersenyum lalu mengatakan bahwa dirinya akan kembali ke kamar untuk membersihkan tubuh karena rasanya benar-benar lengket dan lembab.

"Ingat, makanannya harus selalu panas meski dia tidak datang. Dia mungkin datang kapan saja, tidak ada yang tahu. Siapkan saja, mengerti?"

Untuk kali kedua Nyla mengangguk dan tersenyum manis. "Anda sangat peduli."

Ava tidak menanggapi komentar yang satu itu, ia segera pergi menuju kamarnya karena sudah tak tahan lagi sementara itu Zafar terlihat muncul dari arah yang berlawanan setelah sempat mendengar percakapan Ava dengan seorang pelayan yang selalu berdiri di depan kamarnya.

Sesaat Zafar menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan acuh lalu membawanya masuk dan menutup pintu kasar hingga bunyinya membuat Nyla terlonjak kaget.

"Benar-benar mengerikan!" gumamnya berkomentar seraya mengelus-elus dada, menetralkan rasa kagetnya.

Di dalam kamar, Zafar melepaskan pakaiannya lalu berjalan gontai memasuki kamar mandi dan merendam dirinya di dalam kolam air guna membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa kesenangan semalam.

"Brianna..." gumamnya sesekali teringat pada mendiang sang istri, "seharusnya kau tidak pergi meninggalkanku."

Zafar berdecak seraya mengulurkan tangan, meraih botol minuman terdekat yang sengaja ia tata di dekat situ agar bisa dinikmati kapan saja ketika ia ingin walau sedang mandi sekalipun.

"Aku tak sanggup hidup tanpamu, Bri..." keluh Zafar tak tahu lagi harus melakukan apa selain mencoba memabukkan dirinya dengan minuman agar lupa pada segalanya terutama kesedihan.

Kurang lebih Zafar menghabiskan waktu satu jam merendam dirinya di dalam air dingin, berharap bisa menghanyutkan rasa sedihnya namun gagal. Zafar kembali di hantam oleh fakta bahwa ia merupakan anak dari wanita lain, wanita yang datang ke dalam kehidupan pria yang sudah menikah layak menerima gelar pelacur.

Merasa sudah muak, Zafar keluar dari sana dengan jubah mandi panjang menutup sebagian tubuh belakangnya sedangkan bagian depan dibiarkan terbuka. Lagipula siapa yang akan lihat? Tidak ada.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang