30. Never Say Yes

14.9K 1.6K 267
                                    

SEBAS : VOTE LAH BIAR GWEH GA BABAK BELUR SEMINGGU( ̄へ  ̄ 凸 *alay










Deg!

Ava terbangun dalam keadaan kaget, jantungnya berdetak kencang. Pandangannya buram dan segala yang dilihatnya hanya kegelapan sampai sebuah suara yang dikenalnya menyapa telinga, membuatnya merasa sedikit lebih lega.

"Ava, aku tahu kau bisa mendengar suaraku jadi dengarlah..." samar-samar suara Sebastian terdengar berada dari jarak yang sangat dekat namun Ava tidak bisa menggapainya karena kedua tangan dan kaki terikat pada sebuah kursi.

"Apapun Ava... Apapun yang mereka tanyakan atau negosiasikan padamu, katakan tidak. Berjanjilah." Sebastian menitah, sesaat Ava bisa merasakan sentuhan lembut di kepalanya, sentuhan yang mengarahkannya untuk mengangguk.

"Aku memegang janjimu dan jangan memohon." Ucapan Sebastian terdengar lagi disusul suara sesuatu yang diseret menjauh darinya.

Ava masih tidak bisa melihat apa-apa, semuanya benar-benar gelap sampai sebuah cahaya terang disorot kepadanya dan Frank berdiri tepat di hadapannya sambil menanyai.

"Aku tak akan menawarkan dua kali." Ujar lelaki sinting gila miring itu kepada Ava yang masih dalam kondisi seperti orang mabuk kecubung.

"Dengar baik-baik dan putuskan." Tambahnya terdengar kejam. "Tidurlah denganku. Ya atau tidak?"

"Jawab sayang!" desisnya seraya meraih dagu Ava lalu menyentaknya ke samping.

Ava meringis lalu teringat perkataan Sebastian dan menggeleng. "Tidak..." tolaknya dengan suara lemah.

"Jadi, begitu?" tawa keras Frank menggelegar. "Hahaha! Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan, bukan?"

"Kami tahu, Tuan."

Bugh! Bugh! Bugh!

Suara pukulan terdengar namun bukan Ava yang dipukuli melainkan Sebastian yang ditempatkan di samping Ava namun dalam jarak yang cukup jauh.

"Apa yang terjadi!?" Ava mulai panik, ia tidak bisa melihat apapun dalam kegelapan ini.

"KATAKAN APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA!?" teriak Ava seolah mendadak mendapat seluruh energinya dalam sekejap.

"Nyalakan lampunya!" Interupsi Frank terdengar beberapa detik setelah teriakan Ava.

Dalam waktu singkat cahaya terang menyala di ruangan itu, membuat Ava refleks memejamkan mata karena merasa kesilauan. Beberapa kali kelopaknya berkedip sampai terbiasa dan dapat melihatnya dengan jelas. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri Sebastian sedang dipukuli habis-habisan dengan kayu oleh dua orang sekaligus.

"Bagaimana Nona Ava?" suara Frank dan ucapannya kembali mencuri atensi Ava, pria itu mencoba melakukan negosiasi.

"Masih tetap pada jawaban tidakmu?"

"Apapun Ava... Apapun yang mereka tanyakan atau negosiasikan padamu, katakan tidak. Berjanjilah." Kalimat Sebastian terngiang dalam kepalanya, membuat Ava mengangguk.

"Pukul lebih keras!"

Bugh!

Kedua mata Ava terpejam seolah ikut merasakan sakit. Sebastian tidak berdaya karena kedua tangan dan kakinya terikat, jika sedikit saja ada celah bagi lelaki itu untuk membebaskan diri maka segala situasinya akan menjadi terbalik dalam sekejap.

Sebastian juga tidak mengeluh, meringis, apalagi merintih. Tubuhnya terus dipukul hingga beberapa bagian pakaiannya robek dan berbercak darah. Sebastian tetap tegar, menerima semua pukulan itu dengan lapang dada selagi jawaban Ava tetap tidak seperti katanya.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang