Tok! Tok! Tok!"Ava, kau di dalam?" Zafar mengetuk pintu Ava pagi-pagi sekali namun yang keluar malah pelayan pribadi perempuan itu.
"Maaf Yang Mulia, Nona Ava sedang tidak sehat," ucap pelayan wanita itu. "Dan menolak untuk ditemui."
"Dia tidak turun untuk sarapan." Ujarnya seraya menyodorkan nampan berisi beberapa piring yang diatasnya terdapat berbagai macam hidangan mulai dari sayur sampai daging.
"Berikan padanya."
Pelayan itu mengangguk, "Baik, Yang Mulia."
Pintu kembali ditutup setelah nampan yang Zafar bawa diambil alih oleh pelayan itu, ia lalu berbalik dan mengerutkan kening kala melihat pintu ruangan Sebastian yang berada tepat di kamar Ava sedikit terbuka.
Karena penasaran, Zafar mendorong pintu ke arah dalam dan mengintip. Melihat Sebastian yang masih tidur dalam posisi telentang dan kedua tangan terbuka tanpa memakai pakaian atas. Ada selimut yang menutupi bagian kaki sampai pinggang lelaki itu.
Hidung Zafar berkerut tatkala mencium aroma pandan yang menyengat, aroma yang bukan berasal dari pandan sungguhan melainkan sesuatu yang berasal dari pusat tubuh manusia.
"Sebastian," Zafar mendekat lalu mengguncang pelan lengan Sebastian hingga pemuda itu menggeliat.
"Sebastian, jawab pertanyaanku." Pintanya memaksa masih terus mengguncang-guncang lengan Sebastian sampai akhirnya terdengar decakan dari bibir pemuda itu.
"Ck. Pergilah!" usirnya menepis tangan Zafar kasar. "Aku tak ingin bicara dengan siapapun, pergilah!"
"Ava yang kau lakukan pada, Ava!?" desisnya bertanya.
Sebastian berdecak kembali dan kedua matanya masih terpejam rapat saat dia membalas. "Aku menidurinya berkali-kali dalam semalam, jika kau ingin pergi padanya dan lakukan hal serupa. Tidak usah sok suci, jijik bagiku mendengar ucapanmu!"
"Atau..." nada suara Sebastian berubah, kedua matanya terbuka dan memasang tatapan penuh ejekan. "Kau iri karena aku duluan yang menikmati tubuh perempuan yang berstatus sebagai istrimu itu?"
"Sebastian!"
"Ah, mengapa kau begitu marah?" Sebastian berdecak sambil membenahi selimut guna menutup tubuh bagian bawahnya. "Kau cemburu, hah? Tidak usah sok terkejut begitu karena istrimu lebih rela tidur denganku."
"Sebenarnya apa tujuanmu?" desis Zafar seraya mencengkram leher Sebastian namun bukan dalam cekikan keras. "Apa maksud tingkah lakumu?"
"Maksud tingkah lakuku?" pemuda itu tersenyum, tidak langsung menanggapi jawaban sang kakak beda ibu. "Bukankah sejak dulu tingkahku sudah begini? Kenapa marahnya baru sekarang?"
"Jika kau ingin membalas dendam, kau bisa balas padaku. Kau telah merenggut nyawa keluarga kita!"
"Keluarga kita?" Sebastian memasang ekspresi mual dan jijik mendengar penuturan itu. "Yakin?"
"Apa itu salahku jika terlahir dari rahim wanita lain dari ayahmu?"
Bahu Sebastian mengendik, "entahlah, aku hanya merasa tidak pernah puas menjatuhkanmu. Aku ingin menghancurkanmu sampai kau sendiri benci berada di dunia ini tapi, aku tak ingin membunuhmu."
"Maka seharusnya kau tidak melibatkan orang ketiga dalam hal ini!" desis Zafar tak habis pikir.
Sebastian tertawa sumbang. "Jadi, benar dugaanku? Kau marah jika aku melakukan hal buruk padanya, kau mulai merasa frustasi. Haruskah ku teruskan ini?"
"Kau ingin menghabisinya seperti kau menghabisi, Ruella!?"
"Ruella? Hmm..." Sebastian mengangguk-angguk lalu menyeringai, "kau masih ingat? Jangan-jangan kau menyukainya juga!?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive From Sebastian
FantasySetelah meninggal karena bunuh diri dan dihidupkan lagi sebagai Ava Eulalie-seorang figuran novel yang dibunuh pada bagian prolog karena memergoki aksi pembunuh berantai yang tak lain dan tak bukan ialah Pangeran Mahkota Sebastian Calliope. Kini ia...