--
-
"minum pil nya" perintah Yera
Jungwon menatap lantai dengan pandangan yang kosong. hari demi hari kewarasan nya mulai terenggut karena kegilaan dari orang ini.
"jika kau tidak menurut maka aku akan memakai cara kasar seperti waktu itu, mau?" ancam Yera
Jungwon menatap Yera dengan kedua netra merahnya. warna netra nya terus memerah karena dia benar benar akan gila sebentar lagi.
"apa yang kau tunggu?" tanya Yera dengan datar
Jungwon mengambil satu Pill yang entah Pill apa itu. tapi saat meminum nya pasti Jungwon akan selalu tertidur dan ketika bangun mental nya terasa semakin hancur.
Jungwon meminum minuman yang berada di gelas lalu meletakkan nya dengan kasar. Yera tersenyum penuh kemenangan.
"anak pintar" Yera hendak mengelus rambut Jungwon tapi dia langsung menepis tangan nya
Yera mengeluarkan seringai sinis lalu beranjak. wanita iblis itu keluar dari kamar Jungwon dan Jungwon langsung mengeluarkan Pill yang berada di mulut nya.
"kenapa dia tidak membunuh ku saja" datar Jungwon
Jungwon meletakkan pill nya pada lantai dan menginjak nya hingga hancur. setidaknya dia tidak mendapatkan Pill serta suntikan bius hari ini.
semoga saja.
Jake masuk kedalam kamar Jungwon. setelah menutup pintu nya Jake bergegas mendekati Jungwon. dia duduk di hadapan adiknya.
"aku sudah dapat tiket pesawat" pelan Jake
Jungwon menatap Jake dengan kedua netra yang membulat. Jake merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa apa.
sesaat mereka pindah ke Australia. Yera malah mengirim Jake jauh sekali untuk kuliah oleh sebab itu dia tidak bisa berbuat apa apa untuk Jungwon.
tapi kali ini dia janji bahwa dia akan membawa Jungwon pergi untuk menemui belahan jiwa nya. Jake benar benar harus membebaskan nya.
Jungwon pantas bahagia dan
dia tidak pantas mendapatkan semua penderitaan ini."benarkah?" tanya Jungwon
Jake mengangguk. netra kakaknya berkaca kaca tapi reaksi Jungwon hanya kosong. seperti nya dia butuh psikiater setelah bebas dari sini.
kewarasan nya benar benar akan hilang.
"jadwal penerbangan nya 3 hari lagi, kakak mohon bertahan lah ini demi Jay bahkan demi anak mu" ucap Jake dengan memegang kedua bahu Jungwon
"anak ku?" bingung Jungwon
"anak mu Jungwon" ucap Jake dengan menatap netra Jungwon
ahhh. lihat! Jungwon benar benar butuh psikiater!. saking stress dan hanya memikirkan Jay. dia jadi lupa bahwa dia juga mempunyai anak.
kira kira sudah berapa tahun dia?. laki laki atau perempuan. tampan atau cantik. sial Jungwon tidak bisa menangis lagi.
"tapi bagaimana caranya kita keluar?" tanya Jungwon
"percaya kan semua itu pada ku, kita akan pergi dari sini" tekan Jake
Jungwon mengangguk dengan lemah.
"kak Jay tunggu aku" batin Jungwon
-
-
-
-
-
"papa uwon ganteng banget hihi" senyum Riki dengan menatap satu bingkai foto yang menunjukkan foto Jay dan juga Jungwon semasa di sekolah
di sana Jungwon dan bahkan Jay tersenyum dengan senang. mereka memakai seragam sekolah dan juga memegang ice cream vanilla Oreo kesukaan mereka berdua.
mereka terlihat bahagia dan saling mencintai. akan kah semua itu bisa terulang lagi?. akan kah mereka bisa bertemu lagi?.
Jay menghela nafasnya dengan lirih. Riki sekarang sedang berbaring di ranjang dengan meminum susu nya. dia terus menatap foto kedua orang tuanya.
"oleh sebab itu mama mencintai nya" senyum Jay
"selain ganteng mama suka papa uwon dari mana nya lagi?" tanya Riki dengan beralih menatap mamanya
"papa mu itu baik, dia sangat lembut bahkan dia lah yang membuat hidup mama berwarna" senyum Jay dengan sendu
Riki tersenyum dengan bahagia.
"Iki jadi tidak sabar buat bertemu dengan papa uwonn" ucap Riki dengan menatap foto Jungwon
Jay duduk di sebelah Riki yang masih setia meminum susu dan menatap fotonya dan juga Jungwon. Jay mengelus rambut Riki.
"Riki sabar ya pasti papa uwon sebentar lagi datang dan menemui Iki" senyum Jay yang terlihat di paksakan
"iyaa pokoknya Iki tidak sabarr" Riki tersenyum dengan lebar
netra Jay berkaca kaca. dasar cengeng seperti ini saja kau sudah ingin menangis?. Jay mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan mengelap air mata nya.
"tapi ma, papa uwon sama om unoo tu mirip ya" ucap Riki
"ya mereka memang sekilas mirip" senyum Jay
"ya sudah sekarang Iki harus bobo karena besok iki harus sekolah" ucap Jay dengan lembut
Jay mengambil foto yang berada di tangan Riki. Jay menatap lekat kenangan terindah nya bersama dengan Jungwon.
dia mengelus foto Jungwon dengan senyuman rapuhnya.
Riki menatap Jay dengan mengerjap."mama jangan nangis" tangis Riki
Jay tampak terkejut saat melihat Riki yang tangisan nya lebih mendalam terbanding dirinya. Jay dengan cepat meletakkan fotonya di meja lalu mendekati Riki.
"ehh kenapa nangis" panik Jay
Riki memeluk leher Jay lalu terisak dalam pelukan nya. Jay berusaha menenangkan nya dengan mengelus punggung nya.
"mama jangan nangis nanti iki ikutan nangis" rengek Riki
Jay menghela nafasnya. dia terus menenangkan Riki. tidak sampai beberapa menit Riki sudah tenang dan saat di lihat ternyata dia telah tertidur.
Jay tersenyum dengan tipis lalu membersihkan matanya yang terasa masih penuh dengan air mata. Jay mengambil botol susu Riki lalu menyelimuti nya.
Jay mencium kening Riki dan Jay menghela panjang nafas nya.
"Jungwon dia sama seperti mu dia tidak suka saat melihat ku menangis bedanya dia lebih cengeng sedangkan kau lebih kuat" batin Jay dengan lirih
-
-
-