👨🎓👩🎓
Hari-hari Rere menjadi mahasiswi terasa bersemangat. Selain karena memang senang bisa kuliah, itu juga karena ada Zano yang semakin membuatnya penasaran.
"Oke, kita lihat, Kak Zano ada di Instagram apa nggak." Jemari Rere mengetik nama Zano, langsung muncul. Segera Rere melihat-lihat instagram pemuda itu.
Sesekali senyum Rere merekah, Zano terlihat humble juga sesekali berpose cool yang semakin menambah ketampanannya.
Ada satu foto yang membuat Rere lama menatap ke arah layar ponselnya, yaitu foto Zano menggendong Zaverio juga merangkul Zena saat Zaverio masih kecil.
Zano menulis keterangan, Half of my soul. Tak lupa ia menyematkan satu tanda hati warna merah.
Foto yang baru diunggah sebulan lalu, tampaknya karena Zano ingin mengingat masa kecilnya. rere lanjut mencari lewat facebook, tiktok hingga medsos lainnya. Layar laptop penuh dengan tampilan aplikasi yang terbuka. Terus senyam senyum, Rere merekam semua informasi yang ia cari tentang Zano.
"Re, mau ikut Uti belanja bulanan, nggak?" suara Eyang Uti dari luar membuat Rere segera beranjak dari duduknya di depan meja belajar.
"Ikuuuttt!" seru Rere nyengir. Uti meminta Rere bersiap. Dengan cepat ia ganti baju lalu meluncur ke garasi.
"Akung nggak ikut, Ti?" tanyanya seraya duduk di depan, samping Pak Iman yang mengemudi.
"Nggak. Akung ada rapat RT." Uti membaca catatan belanjanya yang sudah rutin. Namun, semenjak Rere kuliah, Uti mau asupan makanan cucunya jauh lebih terjaga. Mobil keluar dari garasi rumah bergaya Belanda menuju supermarket besar.
Rere menatap ke layar ponsel, melihat status whatsapp beberapa orang. Rere sadar, ia tak punya nomor WA Zano. Langsung saja ia mempertimbangkan, apakah harus menghubungi lebih dulu atau gimana. Rasanya ia gemas jika tidak tau keseharian Zano. Ah ... rasanya suka sama seseorang bahkan mampu membuat perempuan maju duluan. Betul tidak?
Rere mengirim chat ke Putri saking penasarannya.
[Put, menurut lo, kalau gue chat Kak Zano duluan gimana, ya? Sok-sok nanya apa gitu tentang kampus?]
Putri belum membaca chat dari Rere, membuat gadis itu uring-uringan sendiri. Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya Putri membalas.
[Nggak usah. Ketauan lo ngebet banget ngejar. Kalem, Re, kalem. Lo di mana? Gue lagi di jalan sama Agas mau ke festival musik. Lo bisa nyusul nggak?]
Rere mengetik balasan.
[Gue lagi temenin Eyang Uti belanja bulanan. Kalian aja.]
[Okey] balas Putri.
Rere memasukkan ponsel ke dalam sling bagnya lantas menghela napas panjang. Ia menatap ke jalanan di depannya sambil bersandar pada pintu. Hatinya gundah, ia bimbang campur ingin tau kegiatan Zano.
***
"Uti, daftar belanjaannya banyak banget?" Rere mengintip catatan belanjaan Eyang Uti yang panjang dan banyak.
"Kamu udah kuliah, Uti mau makanan kamu harus terjaga. Re, kamu butuh apa lagi? Kita mampir ke mal kalau mau ada yang dibeli."
"Nggak ada, sih, Ti. Cukup kayaknya." Rere mendorong keranjang belanjaan besar. Ia lantas menuju ke rak minuman ringan. Utinya tau Rere suka minuman dingin, jadi stok di kulkas harus ada. Satu persatu belanjaan masuk ke dalam keranjang, Uti juga membeli urusan persabunan. Pak Iman setia berjalan di belakang mereka, sesekali membantu mengambilkan barang yang sekiranya berat. Seperti beras dan detergen cair ukuran besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔
RomanceCewek supel dan ramai bertemu cowok supel bikin baper tapi kadang misterius. Itulah Rere dan Zano. Rere mahasiswi baru langsung mengagumi sosok Zano mahasiswa semester tujuh jurusan manajemen yang juga ketua panitia ospek. Rere yang tinggal di Ja...