👩🎓👨🎓
_____
"Kenapa nggak jujur, Re?! Kesempatan emas!" geram Putri saat mereka memilih makan siang di luar kampus. Ada tempat makan yang sering disambangi anak kampus mereka.
Warung nasi ayam bakar dan bebek. Lokasinya berjarak dua ratus meter dari kampus ke arah kiri.
"Re, kenapa nggak jujur?" Agas ikut komentar.
Rere lahap makan nasi ayam bakar menggunakan tangan. Tak canggung apalagi jaim. Rere keringetan karena sambalnya pedas manis, cocok dilidahnya.
"Bentar gue minum dulu," jeda Rere menyedot es jeruk dengan sedotan pesanannya. Setelah terasa cukup sejuk di dalam mulutnya, ia mulai bicara. "Gue nggak mau jujur, buat apa juga. Karena Kak Zano masih sayang sama mantannya."
"Yailah, Re ... justru dengan elo jujur, elo jadi tau juga perasaan Kak Zano ke elo. Malah mundur teratur gini," kesal Putri lantas beranjak untuk cuci tangan diwastafel.
"Re, lo mau simpen sampai kapan? Sampai Kak Zano lupain mantannya?" cecar Agas.
"Gue tuh kayak gimana ya, Gas, pas tau Kak Zano masih sayang sama mantannya, jadi tuh gue ngerasa ... yaudah, lah, mau jujur juga nggak perlu. Yang ada gue malu sendiri nanti."
Agas menggelengkan kepala saking tak habis pikir. Agas menoleh ke kanan, senior bernama Fajar datang dengan tiga temannya.
Fajar mendapati Rere. Ia berjalan ke meja yang ditempati Rere, Putri dan Agas.
"Re," tegur Fajar dibarengi senyum tipis. Rere mengangguk satu kali bahkan tanpa canggung lanjut makan.
"Mana Zano? Si sulung," tukasnya lagi.
"Di kampus mungkin. Kenapa, Kak?" Rere menoleh sekilas sebelum kembali melanjutkan makan. Tanggung sedikit lagi habis.
"Oh, kirain terus-terusan sama kamu. Dia jagain kamu banget. Kalian pacaran?" Fajar justru fokus ke hal itu, bukan urus perutnya yang sudah lapar.
"Jar, mau pesen apa?" teriak temannya.
"Nanti aja," jawab Fajar lantas kembali menatap Rere. "Kapan-kapan, boleh antar kamu pulang?"
Rere menggelengkan kepala. "Aku diantar sopir, Kak." Tak lupa Rere tersenyum. Ia beranjak, makananya habis dan hendak mencuci tangan.
Fajar mengikuti arah Rere berjalan dengan kedua matanya. "Lo temen deketnya Rere? Siapa nama lo?" Kini Fajar menatap ke Agas.
"Agas, Kak, dan ini Putri." Agas merangkul bahu Putri yang dari sikapnya tak suka dengan sikap Fajar.
"Temen udah kenal lama sama Rere atau baru pas kuliah?"
"Pas kuliah." Putri yang menjawab. "Kak Fajar naksir Rere?"
Fajar tersenyum tipis dengan sebelah alis terangkat. Ah, songong sekali jika menurut Putri. Sikap Fajar juga tengil. Membuat Putri sebal.
"Yakin, Kak? Nggak mau pikir panjang? Berani hadapin Kakeknya yang pensiunan tentara?" tukas Putri lagi.
"Kenapa emangnya? Galak? Segalak apa, sih?" Senyum meremehkan nampak di wajah Fajar.
"Banget. Coba aja ke rumahnya." Tantang Putri. Mendadak raut wajah Fajar berubah kalem cenderung datar.
Mikir deh lu sana. Belagu banget gaya lo. batin Putri.
Rere kembali duduk, seulas senyum ia tunjukkan ke Fajar sebagai sikap sopan saja. Tak lebih.
"Kamu sama Zano ada hubungan apa?" Pertanyaan langsung mengarah ke sasaran. Rere diam, memikirkan jawaban terbaik. Baru hendak membuka mulut untuk bicara, Rere dipanggil Lia dan Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔
RomanceCewek supel dan ramai bertemu cowok supel bikin baper tapi kadang misterius. Itulah Rere dan Zano. Rere mahasiswi baru langsung mengagumi sosok Zano mahasiswa semester tujuh jurusan manajemen yang juga ketua panitia ospek. Rere yang tinggal di Ja...