Halooo, yuk lanjut!
______
"Pak Iman nggak usah antar ya hari ini," ujar Rere seyara menyambar tas sarapan yang sudah disiapkan eyang uti.
"Lho, kenapa?" Pak Iman yang berdiri di dekat ruang makan bingung.
"Bareng Kak Nina sama Kak Lia, nanti siang mau belanja buat acara kampus." Rere meneguk susu coklat lalu menyalim tangan eyang kakung dan eyang uti. Mobil Nina sudah tiba, Rere pamit lantas berlari keluar.
"Hati-hati, Re!" ujar eyang kakung.
"Iya, Kung!" sahut Rere teriak.
"Rere sekalinya dapat teman banyak, senior semua," tukas eyang kakung.
"Nggak apa-apa, Pak, mereka baik, kok." Pak Iman yang menyahut. Eyang kakung manggut-manggut.
Rere masuk ke dalam city car kuning Nina, lantas Nina segera tancap gas. "Re, diizinin kan ikut kegiatan ini?" tanya Nina.
"Iya, Kak." Rere meletakkan tas kuliah dan tas bekal di jok kosong sampingnya. Lia menoleh ke balakang. Ia tersenyum menyapa Rere yang balas tersenyum.
"Makan dulu sarapannya, kita ke kampus dulu, kok. Nanti siang baru belanja barang-barangnya." Lia memberi tahu.
"Oke, Kak." Rere enggan sarapan, ia terlalu senang karena ada kegiatan lain yang akan dilakukan. Biasanya tak pernah. Selalu di rumah.
Hari ini kelas pemasaran satu, Rere terkejut saat Zano yang masuk ke kelasnya. Ia sudah menyiapkan tugas yang diperintahkan Pak Diego. Tatapannya lekat seraya heran ke arah Zano yang tampak muram.
Kenapa dia? batin Rere.
"Kumpulkan tugas kalian," perintah Zano seraya mengetuk meja tempatnya mengajar. Ia menulis sesuatu di papan tulis.
Putri yang duduk di samping Rere berbisik, "Kenapa gebetan lo, Re?"
Selama mengajar Zano bahkan jarang tersenyum dan seru seperti biasa. Hingga kelas usai, Zano lebih banyak menundukkan kepala. Duduk memeriksa tugas mahasiswa mahasiswi sebelum ia serahkan ke Pak Diego di ruang dosen.
"Kak, kenapa BT gitu mukanya?" Rere berdiri di depan meja tempat Zano duduk. Kepala Zano mendongak, ia menggelengkan kepala seraya tersenyum. "Yakin?" tekan Rere. Zano mengangguk.
"Re, bekal kamu ketinggalan. Belum sarapan, kan, jadinya." Lia masuk, menyerahkan tas bekal warna pink milik Rere.
"Eh, ya ampun, lupaaa ...," cengir Rere. "Makasih, Kak."
Lia mengangguk. Ia menoleh ke Zano yang menyapanya. "No, nggak ke kantin atau nongkrong di lorong? Pada di sana semua."
Zano menggelengkan kepala, ia kembali memeriksa tugas. Lia mengajak Rere, tapi gadis itu menolak. Lia lantas keluar kelas.
"Kak Zano yakin nggak apa-apa?"
"Iya, Rereee ..., cerewet ya kamu," ujar Zano tanpa menatap Rere. Gadis itu baru hendak melangkah saat Zano memintanya tetap di kelas. Rere segera duduk di kursinya. "Makan di sini aja," lanjut Zano masih tak menatap Rere. Kacamata yang digunakan Zano menambah ketampanannya.
Rere senyam senyum sambil membuka tas bekal. Ada dua kotak, satu isinya nasi kuning dengan lauk telur dadar dan kering tempe tak lupa sambal goreng, satu lagi buah-buahan. Jeruk dan kiwi yang sudah dipotong eyang uti.
"Kak Zano," panggil Rere.
"Hm?" Zano mendongak, Rere sudah duduk di depannya, terpisah meja. Rere menarik kursi yang ia duduki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔
RomanceCewek supel dan ramai bertemu cowok supel bikin baper tapi kadang misterius. Itulah Rere dan Zano. Rere mahasiswi baru langsung mengagumi sosok Zano mahasiswa semester tujuh jurusan manajemen yang juga ketua panitia ospek. Rere yang tinggal di Ja...