Air mata Rere

1.1K 152 5
                                    

👨‍🎓👩‍🎓
______

"Nggak bisa, Kak, mau ke tempat sepupu lagi." Alasan, padahal Rere hanya tak mau saja. Rasanya masih perlu berpikir lagi untuk menata hatinya yang terkejut karena Zano ternyata punya pacar saat menyukainya.

Rere merasa tak pantas naksir cowok orang. Intinya begitu.

Zano mengangguk. Mereka berpisah, Rere ke mobil, Zano ke arah motornya terparkir. Ia putuskan pulang juga, untuk apa jadi obat nyamuk diantara teman-temannya yang asik dengan pasangan masing-masing.

Di rumahnya, Rere sudah siap nonton drakor lagi, sudah memakai piya tidur juga. Eyang uti dan Eyang kakung masih nonton TV di luar, Rere memang tak suka mengganggu mereka walau sekedar bermanja, ia sudah besar sekarang.

Sedang asik lanjut nonton satu episode, bibi mengetuk pintu kamar. Memberitahu jika di depan ada Agas dan Putri. Rere segera ke depan teras menemui kedua temannya.

Rambut dicepol asal, memakai bandana pink juga senada dengan piyama polkadot pink. Membuat Rere menggemaskan.

"Ngapain si ngedekem aja di rumah," tegur Agas seraya menepuk kursi kosong disampingnya. Rere duduk, ia hanya tersenyum menanggapi.

"Lo kenapa, Re?" Putri mulai membahas. Rere menggelengkan kepala. "Kak Zano, ya?"

"Gue udah tau kok, tadi ketemu Kak Bian di mal." Agas menatap ke Rere yang terkejut. "Mereka baru mau nonton, gue sama putri baru selesai. Ngobrol-ngobrol sebentar dan bahas elo."

"Bahas gue? Bahas apaan?" kernyit Rere.

"Kak Zano baru putus sama ceweknya, kan? Lo jadi ngerasa nggak pantes suka sama cowok orang?" tekas Agas lagi.

"Gitu lah kira-kira." Rere menggaruk pelipisnya lantas tersenyum.

"Kenapa harus nggak pantes. Lo kan nggak tau. Lagian naksir orang kan nggak bisa hindarin, Re. Lain kalau mereka masih jadian, lo bisa stop. Cuma bisa mendam rasa. Sekarang, mereka udah putus. Kenapa lo yang galau?" Putri tampak sewot. Rere masih diam. "Re, nggak ada salahnya lo pepet Kak Zano, toh elo juga nggak agresif, biasa aja. Itung-itung buat lo semangat ke kampus."

"Mantannya dia cantik banget, Put, mantan ajang ratu sejagad." Rere memang sudah tau siapa mantannya Zano. Ia cari tau dan ya ... Ara memang secantik itu. Ada rasa minder di diri Rere, seolah ia tak pantas bersama Zano.

"Mau lo simpen aja jadinya?" lirih Agas. Rere mengangguk. "Kalau Kak Zano yang deketin lo, gimana?"

"Gue cuma dianggap adek aja kayaknya sama dia. Nggak ada harapan." Wajah Rere sendu. Agas dan Putri gregetan sendiri.

"Yaudah, kalau gitu. Jalan yuk!" ajak Putri. Rere menolak, ia mau di rumah saja malam minggu itu. Agas dan Putri pamit pulang, Rere kembali ke dalam kamarnya berusaha berpikir.

***

Hari minggu pagi, Rere memutuskan menyiram halaman yang ditanami rumput juga tanaman hias lainnya. Ia belum mandi, masih jam tujuh juga. Eyang kakung dan uti duduk di teras menemani Rere sambil menikmati sarapan pisang bakar dan teh.

Motor berhenti di depan pagar rumah. Pria itu melepaskan helm lalu berdiri di depan pagar. Bibi berlari hendak membuka pagar, eyang kakung dan eyang uti saling menatap heran.

"Pagi, Eyang," sapanya.

"Pagi. Mau ketemu Rere?" ujar eyang kakung.

"Iya." Senyum pria itu merekah.

"Re, nduk ..., cah ayu," panggil eyang akung.

"Njih, Kung," jawab Rere tapi masih menyemprot tanaman.

Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang