Zona abu-abu

1K 147 8
                                    

👨‍🎓👩‍🎓
_____

Jawab apaan gue, batin Rere panik mendadak.

"Re," panggil Zano lembut. "Kamu suka ... sama aku?" bisiknya lagi. Rere hanya bisa diam dengan mata melirik ke arah Zano yang menunggu Rere menjawab.

"N-nggak, kata siapa?" Rere menyendok makanannya lagi. Lebih baik cepat-cepat habisin makan terus ke teras, terus usir Zano secara halus dengan alasan Rere mau tidur siang. Sip, rencana bagus, pikir Rere.

"Nambah, Kak. Enak kan ikan pindangnya, ini menu andalan di rumah. Uti jag--"

Zano menatap lekat, Rere kelimpungan sendiri. Kabur nggak mungkin, kelihatan banget memang benar ia naksir berat ke Zano.

"Kamu tau aku baru putus dari Ara, kan?"

Rere mengangguk. "Kata siapa aku suka Kak Zano?" gumamnya.

Zano tak menjawab. Ia juga tak mungkin memberitau. "Apa aku bisa cerita ke kamu tentang Ara?"

"M-maksudnya? Kenapa Kak Zano mau bahas mantan ke aku?" Rere mengernyitkan kening.

"Ya ... siapa tau ak--"

"Siapa tau apa! Kak Zano bisa suka sama aku juga?!" pekik Rere. Zano mengangkat sebelah alisnya.

Gue keceplosannn! Aduh ... aduh ... aduh ... gimana ini, gimanaaa! teriak Rere dalam hati.

"Gini, Kak, maksudku. Intinya tuh, ya ... jadi--" Rere gugup.

"Kenyataan tentang Ara bikin aku syok. Aku nggak nyangka dia tutupi keburukan dia padahal aku pikir dia apa adanya."

"Eh...?" Rere lantas menyimak.

"Aku bilang begini karena kamu harus tau dari aku sendiri, Re. Bukan orang lain."

Rere mengangguk tipis.

"Aku sayang banget sama Ara."

Ada yang panas tapi bukan kompos, ada yang gerah mendadak tapi bukan karena olahraga. Rere berkeringat, telapak tangannya basah, perutnya mual dan jantungnya nyeri.

Mendengar curhatan yang langsung ke intinya membuat Rere hanya bisa tersenyum tipis.

"Keluargaku, terutama Papa yang nentang aku jadian sama Ara karena Papa kenal betul keluarga Ara seperti apa."

"Kak Zano, nggak bisa argumen sama Om Dipa?" cicit Rere.

Zano menggeleng. "Aku takut bikin hati Papa sakit. Aku tau persis gimana Papa besarin aku dan Zena semenjak Mama Celin milih kerja di L.A dan ninggalin Zena yang masih bayi. Papa mati-matian urus kami. Papa kerja dari rumah, masak sampai beresin rumah tanpa ART, sampai menduda lama karena mau fokus urus aku dan Zena. Sampai ketemu Ibu dan kita, aku sama Zena murid Ibu Letta di sekolah, kami tau Bu Letta punya kasih sayang tulus, akhirnya kita setuju Papa dekati Bu Letta dan berjodoh. Aku nggak mau nolak permintaan Papa, apapun."

Rere paham. Ia menarik napas dahulu sebelum bicara. "Walaupun Kak Zano korbanin perasaan sendiri?" imbuh Rere. Zano mengangguk.

Mengetahui hal itu, cukup menyakitkan untuk Rere karena Zano begitu menyayangi Ara bahkan setelah putus dan tau hal tak baik yang dilakukan Ara.

Lalu, apakah Rere akan menyerah? Toh sekarang Ara sudah manta. Jika Rere ingin gas pol, ya bebas, dong.

"Apa yang Kak Zano suka dari Ara sampai nggak bisa lupain. Masih sayang maksudnya." Setelah menguat-nguatkan hatinya, Rere berani bertanya.

Zano menatap Rere. "Dia bisa bikin aku nyaman. Kasarannya ... sikap dia ke aku, kasih perhatiannya, manjain aku, lebih dewasa dan aku bisa jadi anak kecil. Selama ini aku dituntut dewasa karena ada Zena dan Zaver. Kadang aku capek, pingin mengeluh, pingin bersandar manja. Ke Ibu nggak mungkin karena ya dia Ibu ... nggak etis juga, jadi ...." Zano menghentikan kata-katanya. Rere tersenyum lebar.

Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang