👨🎓👩🎓
Restoran yang dipesan Juan terlihat cantik dengan hiasan serba warna putih dan juga pink seperti warna kesukaan Rere.
Semua tamu undangan duduk menunggu calon mempelai pria alias Zano menuju ke meja akad nikah dengan diantar kedua orang tua, kedua adik serta keluarga dekat lainnya.
Zano memakai memakai kemeja warna putih berbalut jas warna coklat tua pun celananya. Ia tampak gugup, beberapa menit lagi dirinya akan bertanggung jawab atas hidup anak perempuan orang lain juga keturunan mereka nanti.
Karpet merah membentang. Zano melangkah dengan tegap. Saksi nikah pihak Rere eyang kakung dan dari Zano Brian. Ia menyalim tangan eyang kakung yang gagah dengan baju batik, kain jawa serta blankon.
Tatapannya haru tapi bahagia juga. Wali hakim mulai bicara. Zano menyimak sambil fokus walau beberapa kali mengatur napasnya. Ia melirik Dipa yang kali ini begitu tegang menatapnya. Sementara Letta, ia tersenyum sambil memberikan semangan dengan mengacungkan ibu jari ke sang putra.
Zano memejamkan mata, jantungnya begitu cepat memompa aliran darah ke seluruh tubuhnya.
Zena dan Zaver duduk bersebelahan, berdoa supaya Zano mengucapkan kalimat ijab kabul dengan satu tarikan napas saja.
"Tidak ada yang ditunggu lagi?" tanya penghulu dan wali nikah Rere.
"Tidak, Pak," jawab Zano.
"Baik. Kita mulai dengan beristighfar tiga kali supaya tenang. Terutama calon pengantin pria karena tampak tegang." Penghulu tersenyum supaya suasana cair.
Dipa menggenggam jemari tangan Letta. Ia berdoa supaya anaknya tak gugup. Lantunan ayat suci alquran terdengar dari murid sekolah Letta yang pintar mengaji. Begitu menggetarkan hati.
Tiba waktu yang dinanti. Dipa semakin tegang. Zano menatap walinikah, ia genggap erat tangan pria itu. Zena sama tegangnya, ia merangkul Zaver yang memakai kemeja warna burgundy sebagai seragam para pria. Sedangkan wanita gaun dengan desain sopan alias bagian dada tertutup karena Letta tak mau jika terlalu modern, serta ada juga yang menjahit bahan menjadi kebaya modern warna senada juga.
"Saksi, sah?!" tanya penghulu.
"SAH!"
Semua mengucap syukur. Zano menunduk, ia tersenyum penuh perasaan lega. Bebannya seolah terlepas.
Tak lama, alunan lagu dari home band yang mengisi acara memainkan lagu Jungkey, music soulchild berjudul My Girl. Semua tamu menoleh ke belakang, Rere datang berjalan perlahan diapit Lia dan Nina juga di belakangnya Bian serta Ganis.
Rere memakai baju pengantin model dress warna putih tulang. Lengannya tertutup bahan brokat hingga pergelangan. Sangat tertutup dan sopan.
Wajah Rere yang baby face semakin imut serta cantik dengan polesan mekap ala korea.
Zano yang berjalan tiga langkah lalu diam berdiri menunggu Rere tak kuasa menahan air mata yang jatuh. Rerenya cantik, Rerenya sempurna. Rambut panjang Rere bahkan digerai biasa. Begitu manis.
Rere tersenyum saat langkahnya semakin dekat, air matanya juga jatuh perlahan. Zano menatap Dipa dengan tangis bahagia walau sekilas.
Zano dan Rere saling melempar tatapan dengan binar bahagia penuh ketulusan. Mereka melakukan sesi foto sebelum lanjut ke acara resepsi.
Dipa dan Letta berdiri berdampingan di sisi Zano lalu Eyang Kakung dan Uti di samping Rere, mereka menerima ucapan selamat dari semua tamu undangan. Ganis dan Bian bahkan lompat-lompat ditempat saat memeluk Zano yang sah menjadi seorang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔
RomanceCewek supel dan ramai bertemu cowok supel bikin baper tapi kadang misterius. Itulah Rere dan Zano. Rere mahasiswi baru langsung mengagumi sosok Zano mahasiswa semester tujuh jurusan manajemen yang juga ketua panitia ospek. Rere yang tinggal di Ja...