Salah bawa tugas

1.3K 139 4
                                    

👩‍🎓👨‍🎓

Di setiap kampus, pasti ada senior resek apalagi yang perempuan. Ada aja sirik karena sesama senior membahas cantiknya beberapa anak maba.

"Secantik apa emangnya mereka?" Dengan wajah judes, Emilia memantau anak maba yang sedang baris untuk mulai kegiatan hari ke tiga.

"Cantik, lah. Temen-temen kita bahas terus. Tuh, beberapanya," tunjuk Ira, bestie Emilia. Anak konglomerat kuliah jurusan sastra Belanda. "Denger-denger jadi inceran angkatan kita. Ganis tuh salah satunya."

"Ganis?" toleh Emilia heran.

"Yup. Lo tau gebetan lo itu senengnya sama cewek kalem dan bau kencur. Bukan kayak elo." Ira memunggui pagar pembatas di balkon yang mengarah ke lapangan. "Lo kenapa nggak jujur sih, Li?! Mau sampai kapan lo diem aja. Naksir udah dua tahun, mana Ganis mau sadar. Tuh anak perlu diunyeng-unyeng dulu kepalanya baru mikir. Kode lo udah kebanyakan tapi dia masih nggak ngeh juga."

"Lo tau alasannya apa, kan?" Emilia berjalan, mereka akan kembali bergabung di lapangan juga. Emilia dan Ira panitia bagian acara, mengatur jalannya kegiatan supaya tepat waktu atas perintah Zano.

"Kalian kan bisa backstreet?" lanjut Ira. Mereka menekan tombol lift, turun ke lantai satu dari lantai tiga kedung fakultas manajemen yang memang paling besar di sana.

"Kayak Ganis mau aja. Lagian Ganis sinis terus sama gue. Mau usaha kayak apa, kayaknya nggak mungkin, Ra." Keduanya melangkah masuk.

"Dicoba lagi. Ganis begitu karena lo juga. Inget nggak pas ulang tahun Kimi. Lo terima dare dari Bian sama Nina buat cium Rama? Lo mau aja. Bego."

Emilia menghela napas panjang. "Gue kira Ganis bakal kesel atau seenggaknya larang. Ternyata malah ngatain gue murahan."

"Gue yakin Ganis udah suka sama lo, cuma dia kecewa aja gara-gara hal itu. Makin jutek, lah, dia. Eh, Li, pake cara lain. Lo nggak usah dandan ke kampus, polos aja. Nggak usah pake dandanan kayak orang mau ke kantor. Hak tinggi melulu lo pake." Ira menyenggol bahu Emilia yang tersenyum masam.

"Gue nggak mau ubah, kalau Ganis suka sama gue juga, terima gue apa adanya, lah." Pintu lift terbuka, mereka berjalan ke arah lapangan lagi.

Ganis berjalan berlawanan arah, ia membawa satu dus yang isinya pin untuk para maba, nantinya dipasang di almamater yang akan dibagikan saat sore hari.

"Ganis! Gue bantu!" seru Emilia.

"Gue bisa sendiri. Minggir. Ngalangin jalan gue." Emilia menggeser posisinya berdiri, memberikan jalan ke Ganis yang akan ke lapangan lewat pintu samping. Emilia melirik Ira.

"Usaha lagi, semangat!" cicit Ira. Emilia terus menatap Ganis hingga tak terlihat lagi setelah berbelok ke lorong arah pintu.

Emilia berdiri di samping Zano, mereka semua akan memperkenalkan diri secara resmi karena hari ini puncak acara ospek.

"Perhatian semuanya. Kita semua nanti akan kasih tau ke kalian semua panitia ospek yang ada di sini." Zano menjeda. Rere terus menatap seraya tersenyum lebar. Emilia mendapati hal itu, ia berbisik ke Ira.

"Itu, Ra? Salah satunya?"

"Iya. Katanya digebet Ganis. Rere namanya."

Emilia manggut-manggut.

"Sebelum itu, siapkan tugas yang kemarin diminta bawa. Biji kacang hijau, gula merah dan daun pandan," tukas Zano lagi.

Semua maba membuka tas ransel masing-masing. Rere diam. Ia salah bawa, ia ingatnya kacang merah bukan kacang hijau.

Love Zano (Lanjutan dari Single Father) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang