Mei, 2024.
Seperti biasa Nasywa berjalan melewati koridor kampus dengan perasaan gembira. Gadis yang mengenakan gamis berwarna mint dengan khimar panjang menutupi dada yang berwarna selaras dengan gamisnya itu tidak jarang menyapa orang-orang yang ia lewati.
Sudah tiga tahun sejak Nasywa menginjakkan kakinya di Jogja, selama itu pula ia tidak pernah kembali ke kampung halamannya di Makassar. Nasywa selalu memiliki alasan setiap kali orang tua atau neneknya memintanya untuk pulang saat libur semester, entah karena ia harus magang, ia harus ikut pertukaran pelajar, ia adalah asisten dosen dan lain sebagainya. Apapun akan ia lakukan agar ia memiliki alasan untuk tidak pulang.
Hanya ada satu sebab mengapa Nasywa bertindak seperti ini yaitu karena ia menghindari Yusya-kakak sepupunya-. Seorang pria yang telah mengisi hatinya sejak ia duduk dibangku SMP.
Pria yang telah memiliki istri dan juga 2 orang anak, walaupun kini sudah bercerai dengan istrinya, namun Nasywa merasa perasaannya ini adalah sesuatu yang salah.
Kita tidak bisa mengatur siapa yang akan kita cintai namun kita bisa mengatur bagaimana sikap kita setelah jatuh cinta, apakah cinta yang Allah karuniakan ke kita membawa kita ke Surga atau neraka? Begitu menurut Nasywa, itu sebabnya ia menjaga cintanya agar tidak menjerumuskan ke neraka Allah.
"Na, bagaimana perkembangan bab 4? udah selesai?" seorang gadis yang tiba-tiba berdiri disamping Nasywa, membuyarkan lamunannya.
Gadis itu adalah Nia, sahabat Nasywa sejak ospek. Atas izin Allah, dia membuat Nasywa tertarik untuk memperdalam ilmu agama islam. Allah memberi Nasywa hidayah lewat Nia, berkat itu kini Nasywa mantap memakai gamis dan berhijab syar'i, mereka bahkan sering meluangkan waktu untuk ke kajian sunnah bersama-sama. Obrolan mereka juga nyambung sebab ibu Nia juga dari Makassar, Nia pindah ke Jogja sejak SMA karena ayahnya dipindahkan ke Jogja.
Nasywa menggeleng"Belum, aku masih memperbaiki kalimat hasil dari wawancara."
"Ahh itu yang paling sulit. Semangat."
Nasywa mengangguk menyetujui ucapan temannya itu, menurutnya selama membuat skripsi, ia paling pusing saat di bab 4 di bagian menyusun kembali kalimat hasil dari wawancara selain harus mencari pemilihan kata yang tepat, juga harus memilih kata yang berbeda dengan makna yang sama saat wawancara satu orang dengan yang lainnya memiliki hasil yang sama.
"Dauroh besok pagi ikut kan?"
Nasywa mengangguk"In syaa Allah!"
"oke bye, Assalamu'alaikum," setelah mengatakan itu Alya berbelok menuju ke tempat parkir mobilnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Nasywa kembali melanjutkan langkahnya.
Sebuah mobil berhenti disampingnya, tidak lama terdengar bunyi klakson membuat Nasywa melonjak kaget.
Nasywa mengenal mobil ini sekaligus pemiliknya dan dugaannya benar saat pemilik mobil menurunkan kaca jendela mobilnya.
Nasywa memutar bola matanya malas"Aku kaget pung om," seru Nasywa.
"Pung om? yang benar saja kenapa ada 2 sebutan dalam sekali panggil"Sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu!" protes Davin.
"Kau adalah adik ayahku jika bukan om, aku harus memanggilmu apa?"
Davin mendecih kesal sedangkan Nasywa mengangkat bahu tidak perduli.
"Ayo naik."
"Kemana?"
"Bandara."
Kening Nasywa berkerut"Untuk apa?"
Davin menatap Nasywa tidak percaya"serius kamu tidak tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
SpiritualTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...