"Pergilah ke sekolah," Yusya berucap pada Yusuf yang sedang duduk di sisi ranjang.
"Bagaimana dengan Aisyah?" Yusuf melirik adiknya yang kini terbaring lemah di kasur dengan wajah yang sangat pucat.
"Aku akan mengurusnya."
"Kau tidak pergi bekerja?" Yusuf kembali bertanya.
"Ini adalah tugas orang dewasa, kau pergilah ke sekolah," tukas Yusya tidak mau dibantah.
Dengan berat hati Yusuf berjalan keluar kamar. Yusuf berjalan gontai di rumah yang sepi ke arah halaman tempat mobil di parkirkan.
Betapa bersyukurnya Yusuf ketika melihat Nasywa berjalan menghampirinya.
"Kenapa kau baru datang?" tanya Yusuf saat Nasywa menaiki anak tangga terakhir sebelum memasuki teras.
"Aku harus membawa mobilku ke bengkel, ada apa?" tangannya terulur mengelus kepala Yusuf yang terlihat begitu lega setelah kedatangannya.
"Aisyah sakit."
"Sakit? Sakit apa?"
"Aku tidak tahu."
"Dengan siapa dia?"
"Pung Yusya, dia menyuruhku ke sekolah lalu berkata ia akan menjaga Aisyah. Menjaga apanya ia bahkan tidak tahu bagaimana mengurus anak," gerutu Yusuf pada ayahnya.
"Sudah-sudah, kau pergilah ke Sekolah. Aku akan menjaga Aisyah."
"Baiklah."
Yusya menatap Aisyah khawatir, telapak tangannya ia tempelkan pada dahi putrinya itu. Helaan nafas keluar dari mulutnya saat ia merasakan panas dari dahi Aisyah pada telapak tangannya.
Ia tadi berniat membangunkan Aisyah sebelum ia ke kantor namun, betapa terkejutnya ia menyetuh tubuh Aisyah yang sangat panas, bisa dipastikan gadis kecil itu tengah demam.
Sejak tadi Yusya sudah berulang kali mengompres dahi Aisyah dengan air dingin namun sepertinya tidak pengaruh.
Yusya berdiri mendekati lemari kecil disebelah ranjang kemudian membukanya satu-persatu mencari sesuatu. Melihat ia yang tidak mengambil barang satupun dari dalam laci sepertinya ia tidak menemukan apa yang ia cari.
Terdengar ketukan dari arah pintu.
"Masuk," ujar Yusya dengan posisi jongkok sambil melihat ke bawah kolong kasur.
Nasywa kaget melihat posisi Yusya yang tampak tidak bagus
"apa yang kau lakukan?"Yusya mendengar suara itu, dengan panik ia berdiri namun kepalanya malah terpentok di sudut kasur.
Nasywa meringis"Kau baik-baik saja?"
Yusya mengusap dahinya yang sedikit perih"Yeah, I'm fine."
"Apa kau mencari sesuatu?"
"Termometer."
"Bukankah itu ada di kotak p3k? Kenapa mencarinya di kolong kasur?"
"Kau tahu dimana kotak p3k?" Yusya balik bertanya.
"Ada di laci dibawah tv ruang keluarga."
"Terima kasih," setelah mengatakan itu Yusya melongos pergi.
"Kak," panggil Nasywa saat Yusya berada di ambang pintu.
"Ya?"
"Kau mengompers Aisyah pakai air dingin?"
Yusya mengiyakan"Salahkah?"
Nasywa mengangguk"Sebaiknya menggunakan air hangat."
"Benarkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
SpiritualTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...