9.

103 6 0
                                    

Kedatangan Nasywa ke Makassar setelah tiga tahun disambut baik oleh keluarganya walaupun suasana saat ini sedikit menyedihkan dan canggung  sebab alasan kepulangan Nasywa bukan karena hal yang baik.

Nasywa berdiri di ambang pintu dengan canggung, Ia sampai tidak tahu harus bereaksi bagaimana setelah melihat raut wajah keluarganya yang tampak tidak begitu baik.

"Apakah ada yang neninggal? kenapa suasananya seperti ini?" ujar Dzakira berusaha mencairkan suasana.

"Masuk pung, masuk Wa," sambungnya lagi pada Davin dan Nasywa.

Nasywa masih belum beranjak, tatapannya tertuju pada neneknya yang kini sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Suriah berjalan menghampiri Nasywa kemudian memeluknya"Kasihan sekali cucuku, kau baik-baik saja?"

Nasywa mengangguk dalam pelukan Suriah"Iye¹ pung, tidak perlu khawatir."

"Dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

"Tidak pung, Alhamdulillah tidak seburuk yang kalian pikirkan," jawab Nasywa menatap satu persatu keluarganya berharap jawaban itu bisa membuat mereka tenang.

"Pung papamu juga sudah memberitahu rektor untuk memecatnya," sahut Karina.

Nasywa mengangguk dengan senyuman.

"Kau yakin baik-baik saja?" Raefal menatap adiknya itu dengan khawatir, seperti tidak yakin akan pernyataan Nasywa

lagi-lagi Nasywa mengangguk"Aku baik-baik saja."

"Kalau dia melakukan sesuatu kau bisa katakan padaku, Aku akan menghukumnya," Ucap Vian, suami Dzakira.

"Ayo masuk, capek berdiri terus." Nafasya menggerutu.

Suriah melepas pelukan, tatapannya tertuju pada Davin Davin"Astaghfirullah ayo masuk, maaf nak."

"Iye pung."

"Selamat datang, Andi Nasywa." Yashika merangkul Nasywa masuk ke dalam rumah.

"Maaf menunggu lama, maklum ini pertama kalinya anak ini pulang setelah tiga tahun, itupun bukan karena hal baik."

Davin tersenyum canggung"iye pung."

Nasywa merasa bahagia, ia bersyukur keluarganya selalu menjadi tempat yang membuatnya selalu ingin pulang yang ada di dunia ini. Jika bukan karena perasaannya pada Yusya ia tidak akan mungkin meninggalkan tempat ini.

Berbicara mengenai Yusya, kemana dia? Nasywa celingukan mencari Yusya, matanya menangkap sosok Yusya yang berjalan melewati mereka, menuju ke sebuah ruangan dengan membawa koper. Entah mengapa sejak kemarin ia merasa Yusya berubah menjadi pendiam dan susah didekati. Mereka tidak berbicara sejak tadi pagi, bahkan di mobilpun mereka tidak pernah bertukar kata. Kalau diingat-ingat terakhir kali ia berbicara dengan Yusya adalah kemarin saat Yusya dan Davin menginterogasinya.

Nasywa mengingat-ingat apa yang sudah ia lakukan, takutnya ia melakukan suatu kesalahan yang membuat Yusya merasa tidak enak padanya. Namun, tidak perduli seberapa keraspun Nasywa berpikir, ia tidak menemukan jawabannya.

"Kenapa?" tanya Nafasnya menyadari Nasywa sedang tidak fokus.

"Tidak apa-apa." jawab Nasywa.

Saat ini semua orang tengah duduk di ruang tamu, seperti sedang sesi tanya jawab dengan Nasywa mengenai hidupnya selama tiga tahun terakhir.

Nasywa menjawab semua pertanyaan dengan pikiran yang masih tertuju pada Yusya, sesekali ia melirik ke ruangan yang tadi Yusya masuki namun Yusya tidak muncul.

"Ammah Awaa," teriak seorang anak laki-laki berlari ke arah Nasywa diikuti satu orang anak berumur sekitar 3 tahun dibelakangnya.

Nasywa melirik ke asal suara, senyumnya merekah begitu tahu siapa yang memanggilnya. Gadis itu lalu berdiri menyambut kedatangan Yusuf-Anak pertama Yusya- yang kini menginjak usia 6 tahun.

Melihat Yusuf merentangkan kedua tangannya, Nasywa pun memilih berdiri dengan lututnya untuk menyamakan tingginya dengan Yusuf.

"Rindu sekali dengan Ammah." Yusuf berucap sambil memeluk erat Nasywa.

Nasywa tertawa merasa gemas dengan tingkah anak 7 tahun itu"Ammah juga."

Yusuf melepas pelukan kemudian menarik anak gadis yang tadi ikut dibelakangnya"Ini Aisyah."

"Ini aisyah? Kenal Ammah kan?"Nasywa menundukan kepalanya menatap Aisyah.

Aisyah mengangguk pelan"kan sering vc," jawabnya dengan nada bicara yang lancar, tidak cadel.

"Maasyaa Allah pintarnyaa, boleh ammah peluk?" Nasywa merentangkan tangannya dan Aisyah langsung memeluknya.

"Kalian darimana? Yusuf kenapa tidak sekolah?" Tanya Fitri.

"Tadi mau jemput pung papa, Ammah sama pung Davin tapi tidak diizinkan pung suriah." Yusuf melirik Suriah meminta pembelaan.

"Dia mau ikut ke bandara tapi saya tidak izinkan jadi sebagai gantinya dia tidak perlu ke sekolah."

"Mah, Jangan terlalu menuruti kemauannya," tegur Baiz merasa Suriah selalu mengiyakan apa yang diminta Yusuf.

Seperti biasa ucapan teguran itu sama sekali tidak di perdulikan Suriah. Fitri dan Baiz membuang nafas panjang.

Naswya mengulum senyum seolah melihat ibunya dulu ketika Suriah selalu menuruti kemauannya.

"Ayo ammah, ke kamarku, aku punya banyak mainan." ajak Yusuf menarik Nasywa menuju ruangan yang tadi dimasuki oleh Yusya.

Yusuf membuka pintu lalu membawa Nasywa masuk ke dalam kamar betapa terkejutnya ia melihat Yusya yang sedang berdiri menggunakan kaos polos dan celana pendek diatas lutut.

Nasywa segera berbalik menghadap tembok"M-maaf kak, aku tid-"

"Tidak apa-apa." jawab Yusya segera masuk ke kamar mandi setelah sebelumnya mengambil celana sirwal miliknya.

Jantung Nasywa berdetak sangat kencang, ia menjadi sedikit gugup, menyadari bahwa Yusya yang mengenakan baju polos berwarna putih dengan celana pendek diatas lutut dengan rambut yang sedikit basah ternyata lebih menarik berkali-kali lipat daripada saat pertama kali ia melihat Yusya sembilan tahun lalu.

Nasywa memukul kepalanya sambil beristighfar, ia tidak boleh seperti ini. Ini alasan kenapa ia tidak pernah mau dekat-dekat dengan Yusya, dia takut perasaannya mendominasinya hingga membuat ia melakukan sesuatu yang mengundang murka Allah.

"Ammah?"

"Ya?"

"Mainanku disana." Yusuf menunjuk kumpulan mobilnya di rak kayu samping kamar mandi.

"Ah-iya."

Nasywa berdehem berusaha menghilangkan perasaan canggungnya.

Yusya keluar kamar mandi reflek Nasywa berdiri"Sekali lagi maaf kak."

Tanpa menatap Nasywa Yusya mengangguk"Ya, tidak apa-apa."

Nasywa melongo melihat respon Yusya yang sangat sangat datar ditambah setelah mengatakan itu Yusya berjalan pergi meninggalkan kamar.

To be continued

1. Iya

Leave It To AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang