Sudah dua jam lebih kajian berlangsung Namun perhatian Nasywa seperti terbagi 2, disatu sisi ia sibuk mendengar dan mencatat kajian, disisi lain dia teringat kejadian tadi pagi saat Yusya melihatnya mengenakan cadar.
Ia takut jika pria itu sampai keceplosan menceritakan ini kepada orang tuanya di Makassar, jika itu terjadi Nasywa tidak tahu apa yang akan menimpanya.
Sejak dulu keluarganya sedikit anti dengan orang-orang bercadar. Bagi keluarganya orang-orang bercadar adalah orang yang sudah tidak perduli dunia, mereka tidak perduli akan pekerjaan, jodoh dan fokus Beribadah, sehingga kebanyakan wanita menyerah pada karir dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga yang sibuk memperbanyak anak. Menurut mereka harus seimbang antara dunia juga akhirat, tidak boleh berat sebelah. Padahal seorang muslim harus mendahulukan akhiratnya daripada dunia.
Jika kita mengejar akhirat maka dunia akan mengikuti. Jika kita mengejar dunia maka hanya sebatas dunia yang akan kita dapatkan.
"Kamu kenapa? sejak tadi gelisah sekali?" tanya Nia yang menyadari gerak-gerik Nasywa.
Nasywa menggigit bibirnya"Maaf Al, sepertinya aku harus pulang."
"Kenapa?"
"Ini menyangkut masa depanku, aku duluan ya!" Nasywa menepuk bahu Nia lalu berjalan keluar melewati barisan-barisan yang ada dibelakang tempat ia duduk tadi.
Nasywa mondar-mandir di depan masjid sambil menelfon seseorang.
"Halo? Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa Nasywa setelah orang diseberang telfon mengangkat panggilan.
"Wa'alaikumussalam, ada apa?" jawab orang diseberang telfon.
"Apakah kau bersama dengan kak Yusya?"
"Kenapa?"
"Jawab saja! kenapa malah balik bertanya?" sewot Nasywa.
"Ada disebelahku!"
Nasywa bernafas lega"Tolong tanyakan pada kak Yusya apakah ia tidak memiliki agenda apapun hari ini?!"
"Sya, Kau punya agenda hari ini?" Tanya Davin pada Yusya yang ada disebelahnya, dengan tatapan bingung pria itu menggeleng sebagai jawaban.
"Katakan aku akan segera pulang, tolong tunggu aku, ada hal yang ingin ku sampaikan."
"Bukankah kau punya kajian sampai sore?"
"Sudahlah. sampaikan saja pada kak Yusya!"
Davin menarik mafas panjang, gadis ini terbiasa dimanja oleh neneknya jadi bersikap seenaknya pada om-nya"Baik tuan putri."
Davin beralih berbicara pada Yusya"Sya, ada hal yang ingin Nasywa bicarakan denganmu, dia memintamu menunggu, sedikit lagi dia pulang," Davin menyampaikan.
"Dimana dia? Biar aku yang menghampirinya!"
"Kau mendengarnya? jawab saja!" ujar Davin pada Nasywa setelah itu men-speaker panggilan Nasywa
"Aku- di depan masjid Baiturrahman," jawab Nasywa ragu.
"Aku akan segera kesana," ucap Yusya yang berhasil membuat jantung Nasywa terpaku sepersekian detik.
Jika dipikir-pikir ucapan Yusya tidak berlebihan tapi kenapa Nasywa gugup? Apakah ia menantikan kedatangan Yusya? Ataukah membayangkan berdua dengan Yusya membuatnya berdebar? Nasywa menutup matanya frustasi, sampai kapan ia akan terus merasakan hal seperti ini? benar-benar menyiksa dirinya.
"Awa!" Rupanya panggilan telfon belum terputus, terbukti Davin memanggil Nasywa hingga lamunan gadis itu buyar.
"ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
SpiritualTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...