Nasywa duduk di bangku tunggu depan ruang ujian, dalam hitungan menit ia akan masuk kedalam ruangan sebagai langkah terakhir dari perjalanannya dibangku kuliah selama 3 tahun lebih.
Gadis itu menatap ponselnya, sejak tadi ia bertukar pesan dengan Karina, meminta doa ibunya agar Allah memudahkan ia ujian soalnya Doa ibu itu menembus langit.
Saat ingin menyimpan ponselnya di tas, ia melihat pesan dari notifikasi layar kunci. Pesan dari Yusya yang berisi.
"Semangat, Semoga Allah mudahkan."
Hanya sebuah kalimat namun berhasil membuat jantung Nasywa berdetak tidak karuan, aneh sekali. Padahal sejak tadi ia tidak merasa apapun namun setelah menerima pesan Yusya, mendadak ia merasa gugup dan berkeringat dingin.
Nasywa tidak berniat membalas pesan karena waktunya untuk masuk ke ruangan kurang dari 5 menit. Namun pesan Nafasya berhasil mencuri perhatiannya.
"Aku mendengar dari pung Davin kalau kau tidak menolak lamaran kak Yusya."
Nasywa berdecak, mengapa mereka sangat tertarik dengan masalahnya? Nafasya kembali mengirim pesan.
"Ada satu hal yang dirahasiakan darimu, 2 bulan lalu pung Suriah mengusir Kak Yusya karena berkata ingin menikahimu. Suasana disini sangat tegang. Kak Yusya seperti diasingkan, tidak ada yang berani mengajaknya berkumpul karena ancaman pung Suriah. Kuharap kau segera menyelesaikan ujianmu dan kembali ke sini."
Nasywa tertegun, tangannya lemas, ia bahkan tidak bisa memegang ponselnya hingga ponsel itu jatuh ke lantai. Nasywa tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Dipikirannya ia dan Yusya akan menghadapi pung Suriah bersama namun siapa sangka Yusya menghadapinya sendiri. Pria itu bahkan diasingkan oleh keluarganya sendiri hanya untuk menikahinya.
Nasywa kemudian berpikir, apakah ini adalah jawaban dari kekhawatirannya? Allah seolah menunjukan bahwa Yusya adalah orang seperti ini. Orang yang bertanggung jawab yang tidak ingin orang yang dia sayang menderita itu buktinya Yusya menghadapi pung Suriah sendiri tanpa sepengetahuan Nasywa.
"Andi Nasywa Azzahra silahkan memasuki ruang ujian."
Nasywa berusaha membersihkan pikirannya, ia menonaktifkan ponselnya kemudian menaruhnya di dalam tas sebelum masuk ke dalam ruangan.
Untuk saat ini apa yang di depannya adalah yang paling penting. Ia perlu menyelesaikan ujian ini agar bisa menyelesaikan masalah yang lainnya.
Dalam hatinya ia terus berdoa agar Allah memudahkannya, agar Allah membantunya untuk tidak memikirkan masalah Yusya dan keluarganya.
#
#
#
#
#Selama sejam lebih berada di ruangan, dengan fokus yang hanya 80% sebab 20% ada di Yusya dan keluarganya, akhirnya Nasywa menyelesaikan ujiannya. Dari 13 pertanyaan ada 2 pertanyaan yang tidak bisa dia jawab karena itu sesuatu yang tidak ia pelajari. Ia hanya mempelajari hasil dari skripsi namun tidak mempelajari visi misi instansi yang ia jadikan penelitian.
"Ibu turut berdua atas masalahmu, karena dosen mesum itu skripsimu tertunda," ujar bu Yanti, dosen penguji.
Nasywa melempar senyum"Iya buk, terima kasih."
Setelah memberikan tanda tangan para dosen keluar ruangan, meninggalkan Nasywa yang sedang merapikan berkas-berkasnya.
Dengan pikiran yang kembali tertuju pada Yusya dan keluarganya, Nasywa berjalan keluar ruangan sembari mengaktifkan ponselnya yang ia ambil dari tas.
"Wa, foto dulu."
"Maaf aku buru-buru," Nasywa berjalan setengah berlari.
Hampir saja ia menabrak seseorang di depan pintu fakultas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
ДуховныеTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...