18.

70 4 0
                                    

Sudah sejam sejak Yusya pergi, selama itu pula Nasywa dengan telaten mengurus Aisyah yang masih demam. Mulai dari memasak buburnya, menyuapinya, mengompres dengan air hangat hingga mengganti pakaiannya.

Nasywa kembali mengecek demam Aisyah dengan termometer, dan syukurlah demam anak itu menurun.

Nasywa duduk disamping ranjang Aisyah, ia melamun memikirkan ucapan Yusya tadi. menerka-nerka apakah yang diucapkan Yusya serius atau hanya bercanda. Semakin dipikirkan Nasywa semakin tidak tahu.

Hingga pada akhirnya kesadarannya hilang, ia tidur dengan kepala bertumpu di ranjang tepat di sebelah kepala Aisyah.

#
#
#

Sementara Yusya terlihat berlarian di koridor rumah sakit, langkahnya terhenti tepat di depan pintu ruang operasi. Ia menghampiri Jiel yang seorang asisten lapangan.

"Apa yang terjadi?" tanya Yusya panik dengan keringat yang bercucuran dari dahinya.

"Aku tidak tahu, saat menengok aku sudah mendapati ia tergiling ke bawah bendungan."

"Bagaimana keadannya?"

"Luka dalam, diafragmanya robek."

"Subhanallah." Yusya menarik nafas panjang, ia melirik wanita dan kedua anak kecil yang berdiri di depan UGD sambil menangis histeris. Yusya mengatur nafasnya kemudian berjalan menuju keluarga itu.

"Mohon maaf bu, ini kelalaian kami." Yusya menunduk di hadapan wanita yang kini memeluk kedua anaknya sambil menangis.

"Bagaimana ini pak? Kami tidak punya biaya membayar RS."

"Untuk biaya pengobatan tidak perlu khawatir, in syaa Allah kami akan bertanggung jawab hingga pak Dodi sembuh."

"Terima kasih pak." ujar wanita itu.

"Tidak bu, saya yang seharusnya meminta maaf atas kejadian ini."

"Mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi."

"Sekali lagi maaf bu."

Ibu itu mengangguk.

Yusya kembali menghampiri Jiel.

"Maaf tapi saya harus kembali, anak saya sedang sakit, tidak ada yang menjaganya." Yusya menyodorkan atm pribadi miliknya pada Jiel"Gunakan ini jika ingin membeli sesuatu."

Jiel mengangguk"Iya pak."

"Tolong selalu kabari saya."

"Baik pak."

Tanpa berlama-lama lagi Yusya berlari menuju parkiran kemudian melajukan mobilnya kembali ke rumah.

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam Mobil yang dikemudikan Yusya tiba di halaman rumah Suriah. Dengan sekuat tenaga ia berlari masuk ke dalam rumah menuju ke kamarnya. Sejak tadi pikirannya tidak tenang nemikirkan Nasywa yang mengurus Aisyah yang sedang sakit.

Yusya tahu betul betapa lelahnya mengurus anak terlebih saat anak itu sakit, itu sebabnya ia tidak enak sudah meninggalkan Aisyah pada Nasywa.

Kakinya berhenti di depan pintu, mengambil jeda sedikit mengatur nafasnya sebelum membuka grandel pintu. Pemandangan yang ia dapati membuat tatapannya melembut, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman.

Melihat Nasywa yang sedang tertidur sambil memeluk Aisyah sontak membuat hati Yusya menghangat, tidak ingin mengganggu keduanya Yusya berjalan keluar kamar dengan pelan, ia bahkan menutup pintu dengan sangat hati-hati.

Dzakira datang dengan berlari"Aisyah mana?"

Yusya meletakan ibu jarinya dibibir"Ssstt... mereka sedang tidur." Yusya berjalan menuju ruang keluarga kemudian menjatuhkan bokongnya di salah satu sofa.

Leave It To AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang