"Istighfar Wa." ucap Yusya sambil menyodorkan kotak tisu pada Nasywa.
Nasywa mengambil tisu untuk menyeka air matanya lalu mengangguk"Aku terbawa emosi."
Yusya duduk di kursi samping Nasywa berdiri.
"Tapi ucapan mami sangat melukaiku."
Yusya mengangguk"Aku tahu."
Dzakira ingin memberikan kedua orang itu sedikit ruang, dia menarik Nafasya sedikit menjauh dari mereka.
Yusya menatap punggung Nasywa yang masih bergetar, ingin sekali ia memeluk gadis itu untuk menangkannya namun itu adalah sesuatu yang haram untuk dilakukan.
Dulu ketika Nasywa kecil menangis ia akan membawa Nasywa keliling mencari cemilan, atau pergi ke taman komplek untuk melihat lomba skateboard di taman dekat rumah Suriah namun keadaan sudah berubah, Nasywa tumbuh menjadi seorang gadis yang bukan mahramnya.
Kalau dipikir-pikir sudah lama sejak terakhir kali ia melihat Nasywa menangis seperti ini, sejak ia menikah, ia dan Nasywa perlahan tumbuh menjadi orang yang tidak saling mengenal.
Ketika Yusya sah menjadi suami orang Nasywa tidak pernah lagi meminta bantuannya entah untuk mengantarnya ke suatu tempat , menjemputnya pulang, ataupun meminta Yusya mengajari Nasywa mata pelajaran yang tidak ia pahami, ia bahkan selalu menolak setiap kali ada kesempatan untuk pergi bertiga bersama Yusya dan istrinya, mirisnya Yusya tidak menyadari hal ini, saking sibuknya Yusya dengan pekerjaan dan istrinya ditambah ditahun yang sama Yusya menikahi Hana, mereka dikaruniai Yusuf.
Nasywa nenghapus air matanya kemudian duduk di kursi yang berbeda dengan Yusya"Aku tidak mengerti kenapa mami bersikeras menjodohkanku."
"Kau harus tahu apapun yang pung Karina lakukan itu pasti karena ingin mengharapkan kau bahagia."
"Aku tahu, karena itu aku sejak tadi berusaha menahan emosiku, walaupun akhirnya terlepas juga."
"Aku tidak akan menasehatimu karena kau paham betul bahwa kita sebagai anak diberi perintah oleh Allah untuk berbakti kepada orang tua terlebih kepada ibu. Jangan sampai emosi sesaat menghancurkan amalan yang susah payah kau bangun. Sangat rugi bukan kita susah payah beramal tetapi orang tua kita tidak ridho, ridho Allah ridho orang tua."
Nasywa mengangguk"Aku akan meminta maaf."
"Usahakan malam ini."
Selama beberapa detik mereka diam, sampai akhirnya Nasywa menyadari bahwa Yusya kembali menjadi dirinya yang dulu. Untuk pertama kalinya sejak ia kembali ke Makassar ia berbicara dengan Yusya panjang lebar seperti ini.
"By the way kak," deheman Nasywa menandakan betapa ia berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Hm?"
"Aku pikir kau marah padaku?!" dibandingkan pertanyaan, ini lebih ke pernyataan Nasywa mengenai sikap dingin Yusya selama ini.
"Aku? Marah padamu? Kenapa?"
Nasywa mengangkat bahu"Aku tidak tahu, hanya saja sejak kita kembali ke Makassar kau seperti menghindariku."
Yusya merasa terangkap basah, ia menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal"Itu karena aku sedang mempertimbangkan sesuatu."
"Jadi bukan karena kau marah padaku?"
"Tentu saja. Apakah aku termasuk orang pemarah?"
Nasywa menggeleng"Tidak."
"Yasudah."
Yusya menatap Dzakira memberi kode agar gadis itu menghampiri mereka.
Dzakira paham akan kode yang diberikan Yusya berjalan mendekat"Kau baik-baik saja?" tanyanya pada Nasysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
SpiritualitéTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...