24.

73 4 0
                                    

"Kenapa Mami dan pung setuju?! Kalian tidak berpikir bagaimana Nasywa kedepannya?" Raefal protes tepat setelah Yusya dan Keluarganya pulang.

"Aku tidak bisa mengiyakan atau menolaknya ini adalah keputusan Nasywa." ujar Sammy.

"Benarkah? Kalau begitu jika ada pria pemabuk yang Nasywa sukai kalian akan setuju?"

Karina dan Sammy menatap Raefal tajam.

"Kenapa? Bukankah itu keputusan Nasywa?"

"Kak," tegur Nasywa.

Karina berdiri menghadap Raefal"Aku penasaran mengapa kau begitu menolak Yusya, padahal kau hidup bersamanya selama hampir 30 tahun, apakah kau pernah melihat ia meninggalkan sholat? Pernahkah melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab? Pernahkah ia meninggalkan keluarganya? Pernahkah ia melakukan sesuatu yang membuat keluarga malu? atau pernahkah ia mengecewakan keluarganya?"

Raefal membisu. Dia tidak menjawab karena memang tidak pernah melihatnya. Baginya Yusya adalah gambaran sosok cucu laki-laki pertama yang wajib diikuti. Akhlaknya bagus, agamanya bagus, ditambah ia termasuk pria memperjuangkan kebahagiaan keluarganya.

"Aku melihatnya lebih lama dari kau, selama 30 tahun ia hidup aku bersumpah demi dzat yg maha membolak-balikkan hati, tidak pernah sekalipun dia melakukan sesuatu yg membuat kecewa dan buat malu baik itu dia sebagai manusia, sebagai seorang laki-laki, sebagai seorang ayah ataupun sebagai seorang suami. dia memang tidak banyak bicara sehingga orang terdekatnya mungkin merasa haus akan kasih sayangnya tapi lebih dari siapapun dia pria yg bertanggung jawab terhadap keluarga."

"Tapi bagaimana dengan Hana? Jika dia kembali sanggupkah Nasywa? Bagaimanapun dia tetap ibu Aisyah dan Yusuf, diantara Yusya dan Hana ada sesuatu yang tidak bisa dirubah SELAMANYA meskipun dengan kehadiran Nasywa, kau paham maksudku? DIANTARA MEREKA, kau jadi orang ketiganya disini!" setelah mengatakan itu Raefal berjalan pergi meninggalkan Nasywa yang terlihat menunduk.

Ucapan Raefal benar, selama ini ia hanya berpikir mengenai perasaanya pada Yusya tapi tidak pernah memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika ia memasuki kehidupan pria itu. Dimana di hidupnya ada seseorang yang selamanya akan selalu terikat dengannya, mampukah Nasywa mengatasi hal itu? Nasywa tidak sedang meragukan perasaannya, ia meragukan keputusannya.

Sementara Raefal keluar rumah dengan emosi, dia tidak melihat Yusya yang berdiri di depan mobil.

"Boleh bicara sebentar?"

Hampir saja Raefal terlonjak kaget mendengar ucapan Yusya.

Rahang Raefal mengeras"Tidak."

Raefal berjalan melewati Yusya.

"Aku tidak akan menyakiti Nasywa."

langkah Raefal terhenti.

"Allah yang mentakdirkan semua hal yang ada di dunia ini bahkan daun yang jatuh sekalipun, walaupun begitu aku akan berusaha sekuat tenaga dan semampuku agar Nasywa tidak terluka, baik oleh pung Suriah... maupun Hana," diakhir kalimatnya nada Yusya pelan tetapi terkesan menekankan.

Raefal berbalik menatap Yusya.

"Aku tahu apa yang kau khawatirkan, jika orang yang melamar Nafasya adalah  orang yang memiliki masa lalu sepertiku, aku pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan. Aku tidak akan percaya apa yang pria itu katakan tapi walaupun begitu El, tolong percaya padaku dan lihat bagaimana aku akan menyelesaikan kekhawatiranmu." Yusya terkekeh canggung"Aku tidak tau apa kalimat yang lebih baik daripada ini."

Rasa bersalah meliputi Raefal, dia bisa melihat jelas betapa seriusnya Yusya pada adiknya. Ia sama sekali tidak membenci Yusya, ia hanya mengkhawatirkan adiknya. Itu sebabnya ia bersikap kejam pada Yusya, agar pria itu waspada dan sadar bahwa dibelakang Nasywa ada kakak yang akan selalu melindunginya sehingga Yusya tidak akan berpikir untuk menyakiti Nasywa.

*
*
*
*
*


Nasywa memutuskan kembali ke Jogja untuk menyelesaikan skripsinya, sekaligus memberi jarak antara ia dan Yusya untuk memikirkan masa depan mereka.

Semua anggota keluarga berkumpul di rumah pung Suriah. Beberapa orang ada yang sudah terisak melihat Nasywa yang sedang memakai sepatu ketsnya.

"Jangan lama-lama disana Wa," lirih Suriah pada Nasywa.

Nasywa mengangguk"Aku tinggal menyelesaikan skripsku, in syaa Allah 3-4 bulan kemudian aku balik lagi."

"Benar? bukan 3 atau 4 tahun lagi kan?"

Nasywa terkekeh"Mana mungkin, untuk apa aku berlama-lama disana."

"Siapa yang tahu isi pikiranmu, kemarin saja selama 3 tahun kau tidak pernah datang," sahut Nafasya berdiri di depan pintu.

"Itu karena aku sibuk," cicit Nasywa beralasan.

"Aihh tolong berhentilah menangis, aku hanya pergi ke pulau seberang," keluh Nasywa saat ia berdiri setelah memakai sepatu dan mendapati ibunya, neneknya, yashika, menangis sementara Sammy, Dzakira dan Nafasya berkaca-kaca.

Sebuah mobil berhenti di depan rumah membuat fokus mereka tertuju pada mobil itu. Yusuf dan Aisyah keluar dari mobil berlari memeluk Nasywa, dibelakang mereka ada Yusya yang berjalan santai.

"Kalian bolos sekolah?!"

Yusya melemparkan senyumnya pada Nasywa"Aku menculik mereka sebentar saat istrahat."

"Ckckc kenapa kalian berlebihan sekali? Tetangga mungkin mengira aku akan pergi ke benua lain." Nasywa menundukan kepalanya menatap Yusuf dan Aisyah.

"Aku pergi dulu, in syaa Allah kita bisa bertemu kembali."

"I'll miss u."  ujar Yusuf.

"Me too."

"Semoga sehat selalu Aisyah." Nasywa mengelus kepala Aisyah.

"Kau yakin tidak perlu diantar ke bandara?" tanya Karina untuk memastikan, sejak kemarin gadis itu ngotot ingin pergi ke bandara sendiri.

Nasywa mengangguk yakin"Aku tidak mau ada drama melow di bandara nanti."

Taxi online yang dipesan Nasywa sudah sampai, ia berhenti tepat di depan rumah.

"Aku pergi dulu," pamit Nasywa menyalami dan memeluk mereka satu persatu.

Yusya datang mengambil alih koper Nasywa kemudian memasukannya ke bagasi taxi. Yashika, Dzakira, Karina dan Nafasya rasanya ingin mengejek kedua orang itu yang terlihat cocok seperti pasangan namun mereka berusaha menyembunyikan ekspresi mereka agar tidak menbuat Suriah curiga.

"Syukron kak." Nasywa berdiri disamping pintu belakang mobil.

"Afwan."

"Ehmm, kak," panggil Nasywa sebelum Yusya berjalan pergi.

"Ya?"

"Mengenai jawabannya..."

"Ya?"

"Jika aku sudah selesai skripsi dan perasaanmu tidak berubah, aku akan menerima lamaranmu."

Yusya kaget, tidak menyangka Nasywa akan memberikan jawaban sekarang lebih tidak menyangka bahwa Nasywa akan menerima lamaranya.

beberapa detik kemudian pria itu mengulum senyum, menyembunyikan kebahagiaannya agar Suriah tidak curiga"Terima kasih."

"Aku pergi dulu."

"Semoga Allah mudahkan."

"Terima kasih."

Setelah itu Nasywa masuk kedalam mobil. tidak lama mobil tersebut meninggalkan halaman rumah.

To be continued...

Leave It To AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang