7.

106 4 0
                                    

Hazen memarkirkan mobil Nasywa di depan rumah Nasywa, selama perjalanan tadi, Ia maupun Nasywa tidak mengatakan sepatah kata pun.

Nasywa adalah satu-satunya alasan mengapa ia merasa gugup, setiap di dekat Nasywa entah mengapa lidahnya mendadak kelu, otaknya beku, dia tidak bisa berbicara dengan lancar seperti ia bicara di depan umum saat mempromosikan himpunannya, ia tidak bisa bergaul dengan Nasywa sebaik ia bergaul dengan petinggi-petinggi kampus.

Hazen melirik ke samping lalu mendapati Nasywa yang sedang duduk melamun sambil meremas-remas tangannya.

"Are you feeling well?" tanya Hazen namun tidak mendapat jawaban, Naswya masih sibuk dengan pikirannya.

"Wa," panggil Hazen tegas membuat gadis di sampingnya tersentak.

"Are you feeling well?" ulang Hazen.

Nasywa mengangguk ragu.

"Kita sudah sampai."

Nasywa tidak menyadarinya, kepalanya celingukan melirik ke arah luar jendela dan benar, ini adalah halaman rumahnya.

"Syukron, kak."

Nasywa keluar mobil lalu melangkahkan kakinya menuju ke teras rumah, Hazen yang melihat itu mengernyitkan keningnya. Bagaimana bisa gadis itu berjalan pergi tanpa melihat ke belakang? bukankah ini mobilnya? Apakah dia tidak memerlukan kunci mobilnya?

"Awa!" panggil Hazen dari jendela mobil.

Nasywa menghentikan langkahnya lalu berbalik.

Hazen mencabut kunci mobil lantas berjalan keluar untuk menghampiri Nasywa.

"Ini," ujar Hazen menyerahkan kunci mobil Nasywa.

"Astaghfirullah, maaf kak, aku lupa!"

"Kau yakin baik-baik saja? kau terlihat linglung?!"

Nasywa mengangguk dengan kepala yang menunduk"I'm okay."

"Did he touch you?" tanya Hazen hati-hati.

Sedikit banyak Hazen bisa menebak apa yang terjadi pada Nasywa, ia bisa menebak bahwa pak Latif mungkin menyentuhnya jika tidak, Nasywa tidak mungkin menangis sehisteris tadi.

Nasywa mendongak menatap Hazen, matanya merah menahan tangis.

"Aku tidak ingin berbicara mengenai masalah ini," jawab Naswya.

"Baiklah, hubungi aku jika kau butuh sesuatu."

Nasywa mengangguk sebagai respond dari pernyataan Hazen.

"Aku masuk ya kak, sekali lagi syukron jazaakallahu khairan¹." Nasywa berucap tanpa menjawab pertanyaan Hazen.

"Wa Jazaakillahu khairan²."

Setelah mengatakan itu Hazen berjalan pergi meninggalkan halaman rumah Nasywa. Setelah melihat punggung Hazen semakin menjauh Nasywa berjalan masuk ke dalam rumah.

Tanpa Nasywa sadari, dua orang pria sedang memperhatikannya dari atas balkon.

"Bukankah Nasywa tidak memiliki pacar?" Tanya Yusya yang sedang berdiri menyandarkan tubuhnya ke pagar pembatas balkon.

Davin yang sedang menyeruput kopinya mengangguk.

"Lalu siapa itu?" tanya Yusya.

Davin berjalan mendekat berdiri disamping Yusya"Hazen?!"

"Hazen?"

Davin mengangguk"Senior Nasywa di kampus."

Wajah Yusya masih menampakan tanda tanya, benarkah hanya senior di kampus? kenapa sampai mengantar Nasywa pulang?

Leave It To AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang