22.

55 4 0
                                    

Hari ini Yusya pergi ke rumah orang tuanya berniat menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Sesampainya di dalam rumah, sudah ada Baiz, Fitri serta Dzakira, Alvavian dan Nafasya yang juga diminta ikut bergabung.

Dzakira memberi kode lewat matanya pada Yusya bertanya mengenai apa pertemuan ini namun pria itu hanya tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.

Yusya menjatuhkan bokongnya di sofa depan Fitri dan Baiz, disebelah kanan mereka ada Alvavian, Dzakira dan Nafasya.

"Kak, kok aku deg-degan yah?" tanya Nafasya was-was.

Dzakira menyikut gadis itu"diamlah!"

"Ada apa Sya? Kenapa tiba-tiba meminta kita berkumpul?" Tanya Baiz.

"Aku ingin meminta bantuan."

"Bantuan apa? Kenapa tegang sekali?" Fitri melirik Yusya yang berkali-kali nenggosok telapak tangan di atas pahanya.

"Aku-aku ingin menikah."

Semuanya membelalak terkejut, Benar-benar diluar dugaan. Nafasya menutup mulut dengan tangannya, hampir saja ia berteriak saking terkejutnya. Terlebih, ia tahu dengan siapa Yusya ingin menikah.

Dzakira menatap Yusya dengan mulut terbuka, shock sekali dengan tingkah Yusya yang diluar batas, tidak pernah ia lihat Yusya seterus terang ini sebelumnya, sangat sat set sat set.

"Kau serius?"

"Dengan siapa?"

"Kenapa tiba-tiba?"

Tanya Baiz, Vian dan Fitri bergiliran.

"Tolong jangan terkejut." Yusya menarik nafas panjang sebelum melanjutkan"Dengan Nasywa."

Orang-orang selain Dzakira dan Nafasya mengerutkan kening.

"Nasywa? Bukan Nasywa adekmu kan?" tanya Baiz berusaha tenang.

"Benar. Dengan Andi Nasywa! Sepupuku." Yusya berucap seakan menekankan bahwa ia dan Nasywa bukan kakak beradik.

Fitri, Baiz, dan Vian kembali dibuat terkejut,  Dzakira mengulum senyum dan Nafasya mengusap wajahnya pasrah, Yusya tidak bisa dihentikan.

Entah apa yang merasukinya sehingga ia menjadi seberani ini.

Fitri berdiri dari duduknya"Kau gila?"

"Istighfar Bunda," nasehat Baiz menarik pelan istrinya agar kembali duduk.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Fitri dengan nada suara meninggi.

"Apanya?"

"Kau sadar dengan ucapanmu?" Baiz bertanya lembut dengan tangan yang mengelus tangan Fitri berharap itu bisa membuatnya tenang.

"Apa yang salah dengan ucapanku?"

"Kau tidak tahu?! Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan kau ingin menikahi Nasywa?! Dia adek-"

"Tapi kami bukan kakak beradik."

"Bukan kakak beradik bagaimana? Kalian tumbuh bersama sejak kecil!"

"Walaupun begitu kita bukan mahram! Tidak ada salahnya kita menikah."

"Benarkah? Bisakah kau mengatakan itu di depan pung suriah? Pung Karina dan Pung Sammy?!" tantang Fitri.

Yusya menunduk"Aku bisa walaupun membutuhkan waktu."

"Kau sudah tidak waras."

Yusya menatap ibunya"Bunda, kenapa mengatai anaknya sendiri?"

Leave It To AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang