Selesai makan malam, Davin, Yusya dan Nasywa kembali melanjutkan perjalanan mereka.
"Kenapa masuk kesini?" tanya Nasywa saat melihat mobil Davin memasuki gerbang kampusnya.
"Bukankah tadi kau meninggalkan mobilmu disini?"
Nasywa memperlihatkan deretan giginya, dia melupakan mobilnya.
Davin menggelengkan kepalanya, sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Maaciw pung om yang paling ganteng," Ujar Nasywa dengan nada manja.
Tangan Nasywa terulur menyentuh gagang pintu mobil
"Stoppp!!!" teriak Davin saat melihat Nasywa yang ingin turun dari mobil.
Nasywa melotot kaget"Ada apa?"
"Aku tidak menyuruhmu keluar."
"Bukankah kita kesini untuk mengambil mobilku?"
"Itu benar, tapi aku yang akan membawanya, kau disini saja bersama Yusya."
Nasywa menggeleng tidak terima, bagaimana mungkin ia bersama Yusya? Walaupun perjalanan ke rumah hanya tinggal 10 menit tetap saja Nasywa merasa itu sangat lama. Apalagi hanya ada dia dan Yusya di dalam mobil. Tidak tahukah Davin kalau hal itu dilarang dalam agama?
"Kau tidak lihat itu jam berapa? Kau ingin membawa mobil sendiri?"
Nasywa mengetuk layar ponselnya 2 kali hingga ponsel itu menyala dan menunjukan jam pukul 23.35 WITA.
"Bagaimana jika aku di depan dan pung ikut dari belakang?" tawar Nasywa berharap Davin mengabulkan permintaannya.
Davin menggeleng"Enggak Nasywa!"
"Iya Wa, lebih baik dengarkan Davin." Yusya yang sejak tadi diam memperhatikan perdebatan om dan keponakan ini akhirnya angkat bicara.
Nasywa pasrah, ia tidak bisa mengatakan apapun selain menghela nafas pasrah"okelah."
"Kalau kamu nurut daritadi kan bagus."
Nasywa menatap Davin kesal.
"Mana kunci mobil?" tanya Davin tidak menghiraukan tatapan kesal Nasyea.
Nasywa menggerutu kesal lalu memberikan kunci mobilnya.
Yusya yang melihat itu terkekeh. Sudah lama sekali ia tidak melihat gadis ini menggerutu manja. anak perempuan yang biasa ia gendong itu kini sudah tumbuh menjadi gadis tinggi, cantik, ditambah lemak bayi di pipinya menghilang entah kemana.
Nasywa pindah ke bangku depan dibelakang kemudi.
"Aku saja yang mengemudi," tawar Yusya.
Nasywa menggeleng"Tenang, aku bisa menyetir kok, kakak istrahat saja."
Yusya mengangguk, suasana kembali canggung. Masing-masing dari mereka tidak tahu harus membicarakaan apa.
3 tahun mereka tidak bertemu, pasti ada banyak hal yang ingin mereka tanyakan namun mereka memilih untuk berhati-hati. Berhati-hati agar tidak terjerumus dalam godaan syaitan.
"Bagaimana kuliahmu?" tanya Yusya setelah mereka diam selama beberapa menit.
"Baik."
"Sekarang tinggal ujian skripsi kan?"
Nasywa mengangguk"iya."
"Sudah selesai skripsinya?"
"Masih perlu direvisi sedikit."
Jawaban singkat Nasywa membuat Yusya merasa gadis itu tidak ingin mengobrol dengannya, walaupun begitu ia ingin memastikan hal yang membuatnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
EspiritualTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...