Setelah makan malam, semuanya kini duduk di ruang tamu sambil berbincang, sesekali Karina secara blak-blakan menjodohkan Hazen dan Nasywa hingga membuat Nasywa jengah.
"Sama Nasywa mau tidak?" ujar Karina to the point.
"Mi," tegur Nasywa.
"Kenapa? Hazen kan jomblo, kau juga jomblo!"
Hazen terkekeh"Kalau kata Nasywa pacaran dosa pung."
"Kalau begitu langsung menikah saja. Kau mau?"
Nasywa look so done with Karina. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menyikapi ibunya yang seperti tidak punya malu menawarkan putrinya semudah itu pada seorang pria yang tidak mereka kenal jelas akhlaknya seperti apa.
"Tentu saja, hanya orang bodoh yang mau menolak gadis sebaik Nasywa,"
Mendengar ucapan Hazen, Nasywa langsung menatap Yusya yang sedang duduk sambil mengajari Yusuf bermain rubik. Apakah Yusya berpikiran yang sama dengan Hazen? Jika Karina menawari Nasywa pada Yusya, bisakah ia langsung menerimannya seperti yang dilakukan Hazen atau dia akan langsung menolaknya? Bagaimanapun Yusya mungkin hanya menganggap Nasywa sebagai adik kecilnya, mustahil ia maau menerima tawaran itu.
Sementara Yusya yang mendengar ucapan Hazen semakin merasa tidak percaya diri. Benar, hanya orang bodoh yang mau menolak Nasywa. Gadis sebaik Nasywa berhak memiliki pria yang paling baik dan sudah jelas itu bukan dirinya yang seorang duda anak 2.
"Kau mau? kalau begitu nanti kita atur tanggalnya," ujar Karina diiringi canda namun semua orang dapat melihat bahwa itu bukan candaan.
"Tanggal apa? Apa yang kau bicarakan? Kenapa asal memutuskan sesuatu?" sewot Nasywa.
Karina tertawa"Kenapa kau marah?"
"Aku? Tidak!"
"Kau tidak mau?"
"Apanya?"
"Menikah!"
"Apakah semudah itu memutuskan sebuah pernikahan?"
"Lalu? apakah harus ada ritual tertentu? Apa yang salah? Bukankah kau tidak ingin pacaran? Kau tidak tahu ta'aruf? begini prosesnya."
"Tapi kau tidak menanyakan pendapatku! Mami memutuskan semuanya semau mami."
"Jadi kau tidak mau?"
"Bukan begitu."
"Kau mau?"
"Tidak."
"Sepertinya kau hanya ingin menguji emosiku. Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Karina merasa dongkol.
Hazen mengulum senyum mendengar perdebatan Karina dan Nasywa yang menurutnya lucu. Mungkin seperti ini jika usia ibu dan anak tidak terlalu jauh, Keduanya hanya terpaut usia 19 tahun jadi wajar mereka bukan seperti hubungan ibu dan anak melainkan teman.
"Beri aku waktu." ujar Nasywa pada akhirnya.
Jika boleh jujur sejak awal ia sudah punya jawabannya, namun ia tidak enak jika harus mengatakannya di depan banyak orang seperti ini. Dia menjaga perasaan Hazen. Jika ia bilang tidak di depan keluarganya, Hazen mungkin akan merasa malu.
"Baiklah. Berapa lama?"
"Kau menekanku."
Karina sewot"Kau membuat seseorang menunggumu tentu saja harus jelas. Bagaimana jika ada seseorang yang ingin dia dekati namun karena kau belum memberikan jawaban dia tidak bisa melakukannya bukankah itu sangat tidak sopan? Kau harus memiliki adab terhadap orang yang akan menunggumu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave It To Allah
SpiritualeTentang Nasywa yang mencintai Yusya-kakak sepupunya-sendiri selama hampir sepuluh tahun, Cinta yang berusaha keras ia sembunyikan rapat-rapat, sebuah cinta yang hanya diketahui oleh ia dan Allah. Cinta yang juga tidak memudar bahkan setelah Yusya me...