Chapter IV

68 13 8
                                    

happy reading, my dear readers🧸🥛

***

Hari kedua pelatihan dasar baris-berbaris, Megan juga menyerahkan jatah sarapannya pada laki-laki yang di hari sebelumnya juga mengambil jatahnya. Entah bagaimana mereka bisa bersebelahan lagi, apapun kemungkinannya, Megan tidak terlalu ambil pusing. Intinya adalah, dia bisa bebas dari sarapan roti dan sekotak susu.

Selama lima belas tahun Megan hidup, dan selama dua belas tahun ia menikmati sarapan selain bubur, Diana selalu memberinya buah-buahan agar ia tidak mudah mengantuk di pagi hari, serta memiliki tingkat kefokusan tinggi.

Tidak semua buah bermanfaat begitu, untuk itulah Diana benar-benar memilih dan mencari tahu buah mana saja yang memiliki manfaat sangat bagus guna menunjang aktivitas selama seharian.

Oleh karena hal itu, Diana tidak pernah mengizinkan Megan sarapan di luar rumah. Roti pun bagus, tapi Diana mau Megan mengonsumsi sesuatu yang bisa menahan kantuk dan menyingkirkan lesu dengan baik.

Megan tumbuh dengan pengawasan ketat ibunya. Mulai dari makanan apa yang dikonsumsi sehari-hari, pakaian yang dikenakan, kegiatan yang dilakukan setiap waktu luangnya, belajar hal di luar mata pelajaran akademik, manner, dan paling penting adalah bagaimana merawat diri agar cantik luar dalam. Gadis itu juga dididik dari kecil untuk hobi membaca, sehingga ketika bertumbuh dewasa, ia tidak terbuai dengan ponsel.

Setelah melalui rangkaian Pelatihan Baris-berbaris hingga petang, barulah seluruh siswa-siswi baru SMA Darena dipulangkan.

Berlanjut di hari Senin, yang agendanya berupa upacara pembukaan, pengenalan lingkungan sekolah dengan berkeliling di sekitar SMANDA—SMA Nasional Darena—dan diberikan materi oleh beberapa guru mengenai; Sejarah SMA Darena, Prestasi SMA Darena, Peluang yang Dimiliki Siswa dan Siswi Setelah Lulus, dan sebagai penutup agenda MPLS di hari Senin itu kepala sekolah memberikan kata selamat dan menyampaikan materi berupa; Kiat-kiat Time Management.

Pada hari kedua MPLS, panitia OSIS mengadakan agenda berupa permainan tebak-tebakan setelah melakukan apel pagi. Lalu, dilanjut agenda dalam ruangan, yaitu penyampaian materi yang berupa; Kepemimpinan atau Leadership, Menumbuhkan Rasa Percaya Diri, Bagaimana Cara Menjadikan Belajar dan Membaca Buku Sebagai Hobi, dan Money Management.

Hari kedua juga para panitia membawa siswa-siswi baru memasuki seluruh Laboratorium—baik penelitian, sains, bahasa, ataupun yang khusus digunakan oleh para murid yang diikutsertakan lomba—yang ada di SMANDA, sambil diberikan edukasi mengenai apa saja yang ada di dalam masing-masing Laboratorium tersebut.

Selama MPLS memang sarapan dari rumah, jadi Megan bisa sedikit bernapas lega.

Hari ini berlangsungnya hari terakhir MPLS. Apel pagi yang dua hari sebelumnya dilakukan jam 7.15 kini lewat jauh dari jadwalnya; 8.45—dikarenakan pak Heri ada urusan pagi-pagi sekali.

Waktu yang diperlukan untuk merapikan barisan dari kedatangan pak Heri adalah lima menit, artinya apel pagi dimulai 8.50, yang mana cuaca sudah mulai terik.

Lima menit terlewati dengan laporan barisan masing-masing. Sepuluh menit berlalu, pak Heri sudah selesai menyampaikan amanatnya. Maka Kay mengambil alih barisan, laki-laki itu memberikan pidatonya sebagai ketua panitia di hari terakhir, sehingga ketika matahari mulai naik dan menyebarkan keterikan ke seluruh penjuru dunia yang terkena, apel pagi belum juga selesai.

Beberapa siswa-siswi terlihat menggerutu kesal pada Kay. Seolah sengaja memberikan pidato panjang-panjang agar mereka semua dijemur di lapangan lama-lama. Karena memang, hanya siswa-siswi baru saja yang berada di lapangan untuk apel, sementara para panitia mencari tempat teduh—tepat setelah pak Heri menyelesaikan amanatnya.

MeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang