Chapter V

62 9 0
                                    

happy reading, my dear readers🧸🥛

***

Setelah apel selesai dilaksanakan, seluruh siswa-siswi baru diharuskan untuk segera menuju aula sekolah. Di sana akan diadakan demo ekskul dan juga pembagian formulir. Megan bersama ketiga temannya dipanggil oleh salah satu kakak perempuan yang tadi memberikan perhatian pada Megan—ketika izin pergi ke ruang UKS.

Perempuan itu memiliki kunci cadangan karena ia merupakan wakil ketua UKS. Atas arahan dari senior mereka, Megan dan ketiga temannya kini berada di aula yang sudah ramai. Seharusnya mereka duduk di belakang, tapi karena duduk di lantai, Audey bersikeras menerobos semua barisan dan akhirnya berhasil duduk di paling depan bersama Megan, Cellin dan Ruth.

"Gue denger-denger, kakak-kakaknya pada ganteng! Sayang banget, kan, wajah cantik gue ini gak bisa diliat dengan jelas sama kakak-kakaknya?!!" cerocos Audey.

"Tapi ga masalah emang kita nerobos tempat orang lain?" tanya Cellin khawatir.

"Percaya sama gue Cellinnnnn," kata Audey greget. "Lagian, baris paling depan gak ada yang ngisi. Masa kesempatan emas dibiarin aja, sih?!"

Ruth mendengkus malas. "Kesempatan emas apaan? Lo mau modus doang, damn!"

"Ya. Kenapa emang?!"

Megan menggeleng pelan. Ada-ada saja memang tingkah Audey ini.

Tidak berapa lama dari seluruh siswa-siswi baru sudah mendapat tempat duduk masing-masing, dua orang senior berpasangan maju ke atas panggung, membuka acara dan memperkenalkan diri mereka. Setelah melewati berbagai penyambutan-penyambutan dari berbagai pihak tinggi sekolah, demo ekskul akhirnya dimulai.

Para senior OSIS dengan baju PDH mereka naik bersamaan membentuk baris memanjang. Memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan proker-proker di organisasi mereka. Disusul berbagai macam organisasi dan ekskul di SMA Darena, sembari menampilkan salah satu proker dan kemampuan mereka untuk meyakinkan para siswa-siswi baru memilih ekskul yang mereka tekuni.

Di SMA Darena setiap satu siswa mendapat kesempatan untuk mengikuti hingga maksimal lima kegiatan. Megan sudah memikirkan baik-baik apa saja yang akan ia ikuti—yang tentu saja telah melalui berbagai pertimbangan gadis itu—dan akan memaksimalkan lima peluang tersebut.

"Nah, terakhir, nih!" seru MC perempuan di panggung dengan semangat. "Ekskul paling banyak meraih Kejuaraan Nasional dan Internasional, yang jadi favorit anak-anak pecinta IPA!!"

"Wah, apa, tuh, Kak Nayla??" tanya MC laki-laki itu dengan suara yang dibuat penasaran.

"Penasaran, ya, Kak?"

"Banget!"

"Kalau begitu, langsung saja kita sambut—"

Tiba-tiba banyak kameramen bersiap di posisi mereka. Sepertinya ekskul satu ini yang paling menarik perhatian media. Megan sempat melirik salah satu media luar, tidak hanya satu, tapi lebih dari lima.

Secara bersama-sama dua MC tadi mengumumkan. "KIR, KARYA ILMIAH REMAJA!!!"

"Para siswa-siswi yang masuk KIR ini dari awal berdiri sampai sekarang sudah banyak sekali membuat karya-karya ilmiah yang dipresentasikan ke banyak pertemuan, baik lokal maupun dunia. Tak heran jika media banyak yang meliput."

"Tapi Kak Agi, kalau mau masuk KIR apakah harus yang pinter banget? Secara, KIR ini dikenal dengan berbagai macam prestasinya."

"Ini yang banyak menimbulkan keraguan, nih, Kak Nayla! Kalau mau masuk KIR, asal ada niat aja, boleh banget. Gak perlu menemukan sesuatu baru bisa masuk!!"

MeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang