Chapter XXVII

46 18 46
                                    

Selamat menunaikan ibadah Puasa 1445 Hijriah, my dear readers🕊🤍

happy reading, readers🧸🥛

***

"Megan!!"

Kyle yang baru masuk kedalam kelas 10 IPA 1 itu sontak berlari menghampiri Megan yang kini duduk seorang diri. Ia tadi bertemu ketiga teman gadis itu di kantin, dan ketika mengetahui Megan tidak ikut bersama ketiganya, Kyle langsung menyudahi acara makan siangnya untuk bergegas menemui gadis putih pucat itu.

Kyle duduk di kursi di depan Megan dengan posisi tubuh menghadap pada gadis itu. Ia meletakkan sekotak buah semangka kuning segar yang tadi sempat dibelinya. Senyumnya mengembang menampilkan deretan gigi-gigi putih laki-laki itu sambil menyipitkan mata.

"Ada apa, Kyle?" tanya Megan sembari meletakkan buku bacaan Kimia di atas meja.

"Mau temenin lo di kelas. Masa lo sendirian aja?"

"Memang kenapa? Aku tidak masalah."

"Lo gak masalah, tapi gue yang masalah! Pokoknya, kalo lo sendirian di kelas, chat gue, ya! Biar langsung gue samperin." Kyle menusukkan buah semangka di depannya menggunakan garpu kecil, lalu menyodorkannya pada Megan terlebih dahulu. "Lo mau coba?"

Megan menggeleng pelan. "Aku baru saja makan siang."

Kyle mengangguk, ia kemudian menyuapkannya ke dalam mulut. "Enak banget ngemil buah!"

Megan tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Hal itu membuat Kyle jadi malu sendiri. "Senyum lo kenapa manis banget, sih, Megan? Kalo gue suka gimana?"

Megan menatap Kyle. "Maksudnya?"

"Maksudnya, gue jadi pengen liat senyum lo terus ntar!!"

Megan langsung melunturkan senyumnya. "Tidak boleh lihat lagi. Biar kamu terbiasa tidak melihat senyumku."

Kyle antara ingin tertawa dengan kata-kata yang digunakan Megan, dan juga ingin merajuk karena tidak boleh melihat senyum gadis itu lagi. Akhirnya, tawa renyah Kyle terdengar yang dibalas Megan dengan gelengan pelan.

"Jangan gitu, dong, Megan!"

"Terus harus bagaimana?"

"Tetep senyum sama gue! Ya? Ya??" bujuk Kyle.

Megan tersenyum sambil menatap Kyle. "Iyaa."

"Lucu banget, sih!" Kyle menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Laki-laki itu merasa salah tingkah dengan tatapan yang dilemparkan Megan padanya. Kyle kemudian mengintip sedikit dari celah jari-jarinya, ada Megan yang kini sudah mendatarkan ekspresi dan tatapannya. Laki-laki itu kembali menyuapkan buah sambil sesekali menyengir.

"Kamu kenapa, sih, Kyle?"

"Lo lucu, sih, Megan. Gue, kan, jadi suka."

Megan mengernyit samar. "Padahal aku tidak membuat lelucon? Ataupun memasang wajah lucu."

"Intinya lo lucu, gue suka."

"Iya, sudah."

"Tuh, kan! Lo kenapa lucu banget, sih, Megan?!"

Megan tidak menyahut, ia memilih melanjutkan aktivitas membaca bukunya yang tertunda. Namun, harus kembali ditunda lagi begitu Kyle mengajaknya mengobrol.

"Berita di mading udah gak ada lagi yang tentang lo, Megan. Jadi gak perlu ragu kalo mau keluar kelas. Mereka yang berpikiran dan berprasangka buruk tentang lo juga udah gak ada, gue yakin, sih. Ada klarifikasi anak jurnalis di mading, soalnya."

MeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang