Chapter XVI

29 4 0
                                    

happy reading, my dear readers🧸🥛

***

UKS atau kepanjangan dari Unit Kesehatan Sekolah, ternyata bukan hanya sekadar ruang kesehatan yang diperuntukkan bagi siswa-siswi SMA Darena, tetapi juga salah satu ekskul di SMANDA itu sendiri. Tahun ini jumlah pendaftar organisasi UKS lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan beberapa siswi tertarik pada ketua UKS—Zian Asy Gyari—dan beberapa siswa yang bergabung tertarik dengan wakil ketua UKS—Suci Lerna Sari.

Ketika Megan dan Audey izin ke UKS di hari ketiga MPLS yang saat itu apel pagi dilaksanakan, salah satu perempuan dari dua perempuan yang berjaga di belakang barisan ialah Suci, gadis itu juga yang terlihat mengkhawatirkan Megan tanpa melemparkan tatapan curiga tidak percaya. Bahkan, sampai sekarang, pun, Suci yang selalu ramah dan membuat Megan tetap betah di UKS dengan segala tuntutan dan juga keirian para senior yang tidak bisa di posisinya—mendapat kepercayaan menjadi penggebrak satu-satunya organisasi kesehatan di SMANDA.

Ilmu di UKS itu benar-benar bagus dan sangat bermanfaat untuk kegiatan sehari-hari. Maka, ini juga menjadi salah satu alasan gadis itu tetap berada di UKS. Ia tidak ingin mengedepankan kenyamanan, sementara ilmu yang berguna ia kesampingkan. Biarlah bersusah-susah menempuh pendidikan di luar pendidikan formal yang diajarkan, guna menunjang karirnya di masa depan, mempermudah jalannya dalam menggapai cita-cita sebagai ahli gizi. Walau kebanyakan sudah diajarkan Diana, setidaknya ketika di UKS, Megan dapat melihat dunia kesehatan lebih mendalam dan terperinci.

Sore ini agenda UKS dilaksanakan. Seperti biasa, dirinya bersama para senior dan pembina UKS, Nurul Afiah, sedang sibuk belajar hal lain yang lebih spesifik. Sementara teman-teman seangkatannya yang lain diajarkan cara menggunakan tandu.

Dihadapannya kini pepohonan kayu putih atau bahasa ilmiahnya melaleuca cajuputi berderet menyamping di dua sisi. Nurul sejak tadi menjelaskan kegunaan pohon kayu putih sebagai terapi kesehatan untuk meredakan pusing, batuk, flu atau sejenisnya yang ringan.

Daun kayu putih juga bisa direbus untuk kemudian dijadikan teh yang aman dikonsumsi. Aroma kayu putih ini tidak disukai nyamuk, sehingga bisa dijadikan tanaman dalam rumah untuk mengusir serangga penghisap darah tersebut.

"Nanti kapan-kapan kita coba membuat teh dari daun kayu putih, ya," kata Nurul yang diangguki beberapa anggota UKS yang sering mencetak 'prestasi' itu, sambil mencatat apa yang baru saja pembina mereka katakan. Untungnya saja selalu ada Suci, sehingga Megan tidak pernah merasa terasing di antara orang-orang itu.

"Materinya saya cukupkan sampai di sini." Nurul berbalik badan. Tersenyum manis pada Megan. "Terima kasih sudah meluangkan waktu, Megan. Semoga bermanfaat, ya, apa yang sampaikan."

Megan mengagguk kecil sambil memejam singkat. "Sangat bermanfaat, Ibu. Terima kasih banyak telah membagikan pengetahuan berharga pada saya."

Nurul mengangguk singkat. Ia menoleh pada asistennya yang sejak tadi setia menemani. "Tolong antar Megan untuk belajar tandu. Dia juga harus tahu dasar-dasarnya." Wanita itu lantas melangkah pergi meninggalkan semua orang di sana setelah mendapat anggukan dari sang asisten bernama Jelita.

"Megan, ayo bergabung sama teman-teman seangkatan kamu," ajak Jelita—wanita yang berusia sepuluh tahun lebih tua dari Megan, sekitar pertengahan umur dua puluh tahun—seraya menggandeng lengan kanan Megan. Ia tersenyum manis begitu Megan menoleh padanya. "Terima kasih, ya, sudah mau belajar satu tingkat bersama para senior kamu. Maafkan tindakan bu Nurul tersebut, ya. Beliau memang sedikit berambisi untuk membuat ekskul UKS lebih unggul dan dikenal hingga ke eksternal sekolah. Dari awal menjabat sebagai pembina, bu Nurul selalu bersikap seperti itu, ingin menspesialkan satu orang agar mampu mengangkat posisi ekskul UKS setara dengan KIR. Saya mengatakan ini atas perintah bu Nurul, untuk membuat kamu sebagai 'murid terpilih' tidak merasa tertekan."

MeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang