diketik dengan 2875 kata! 🌷
so, happy reading, my dear readers🧸🥛
***
"Ma, Arga berangkat."
Laki-laki itu bangkit dari duduknya setelah menghabiskan segelas susu dan semangkuk buah-buahan. Ia lantas memutari meja untuk menghampiri sang mama yang duduk anggun memerhatikan.
"Hati-hati di jalan, sayang. Belajar yang serius, tapi jangan terlalu diporsir, ya." Adiratna Ambar Bratarini Aldevaro yang kini dalam balutan dress hitam selutut itu tersenyum lembut begitu Arga mencium punggung tangannya.
"Pasti, Mama." Arga mengangkat wajahnya, lantas ia kecup singkat kedua pipi Ambar bergantian. "Masakan Mama enak, as usually."
Ambar tertawa dengan anggun mendengar penuturan putra sulungnya. "Kamu itu bisa aja."
Arga tersenyum. "Arga berangkat, Ma. Raga udah berangkat sama papa, kan, tadi subuh?" tanyanya memastikan.
"Iya. Ada acara kemah. Biasa, pramuka." Ambar mengusap pelan lengan Arga. "Ya sudah, hati-hati kamu berangkatnya. Mama nggak antar sampai depan, ya. Jauh." Wanita itu menyengir singkat yang dibalas Arga senyuman.
"Iya, Ma. See you!"
"See you, my honey!"
Arga bergegas keluar area ruang makan, melangkah cepat melewati ruang keluarga dan ruang tamu, lalu tiba di pintu utama. Ia dorong buka pintu kayu berwarna hitam setinggi dua meter itu, lantas kembali berjalan cukup jauh melewati separuh halaman rumah menuju garasi, barulah ia sampai di mobil yang akan dikendarainya pagi ini menuju SMANDA.
Seperti kata Ambar, jauh, meski masih dalam satu pagar rumah.
Arga mengeluarkan Lamborghini Aventador berwarna putihnya dari dalam garage. Dua lampu depan mobil menampilkan sekelebat cahaya dalam sekejap di remangnya pencahayaan sekitar, memberi kesan berani dan mengancam yang mempresentasikan pemiliknya itu sendiri, Arga Atharrazka Aldevaro.
Suara mobilnya meraung ganas tidak tertolong, membuat siapa saja segan untuk menyaingi. Mobil itu perlahan keluar dari area rumah megah kepunyaan Aldevaro, menyusuri gang perumahan elite dengan pelan, lantas melesat bak kilat menyambar dengan suara mesin yang menggelegar penuh kegagahan di sepanjang jalan raya.
Arga mengemudi santai meski kecepatan mobilnya sudah bukan main di atas rata-rata. Sesekali ia menyugar rambutnya ke atas, membasahi bibir bawah dan memainkan lidah di rongga mulut untuk menghilangkan kebosanan selama perjalanan.
Ada banyak hal yang ingin Arga lakukan di semester ini untuk lebih mendekati Megan Espinoza Rodrigo, adik kelasnya yang memang terlalu menarik perhatian. Sayangnya jadwal lelaki itu cukup padat akan bimbingan dan les mengingat sebentar lagi dirinya akan naik tingkat ke kelas 12. Arga juga tetap harus mengikuti olimpiade-olimpiade untuk terus mengharumkan nama SMA Darena di kancah Nasional dan Internasional.
Namun ....
Megan.
Megan Espinoza.
Megan Espinoza Rodrigo.
Arga tersenyum. Ia teringat malam itu. Malam di mana wajah Megan yang selalu putih pucat itu menjadi merah padam hingga ke telinga dan leher sang gadis. Merona penuh daya tarik, terpukau tapi juga tak kalah memukau.
Wangi Megan bahkan masih terekam jelas dalam pikiran Arga, seolah memiliki ruang khusus sehingga tidak mudah dilupakan.
Arga tertarik, dan ia mengakui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...