percakapan antara orang-orang di rumah Diana ini dalam bahasa Italia. Eer tulis dalam bahasa Indonesia demi kenyamanan bersama, dengan menggunakan kata-kata baku tentunya🕊🤍
anyway, don't forget to follow my wattpad account and my instagram account; parkerniii, to get more information🌷🤍
happy reading, my dear readers🧸🥛
***
Telah Megan selesaikan tugasnya dalam memberi persetujuan dan segala macamnya itu mengenai hak kewilayahan. Kini ia melangkahkan kaki tegas keluar dari ruangan sang ibu diikuti Louis yang membawakan map berisi seratus lembar surat perizinan.
Langkah Megan membawanya ke ruang keluarga, menemui ibu dan neneknya yang sedang bersantai menonton film dokumenter keluarga kerajaan Spanyol.
Menyadari keberadaan sang cucu, Claudine menaikkan sebelah alis. "Apa sudah selesai, my dear Megan?"
"Sudah, Nek." Megan menoleh sejenak pada Louis, mengambil alih map di tangan lelaki itu. Lalu ia serahkan kepada Claudine dengan sopan.
"Terima kasih, Megan. Aku mempercayakan berkas-berkas penting ini padamu dan Louis. Jadi apapun itu keputusan yang kau ambil—menyetujui atau tidak—aku tidak ambil pusing. Namun, bila terjadi masalah ..." Claudine letakkan map ke atas meja, lantas bangkit dari duduknya. Kedua tangan wanita itu bertaut di depan tubuh dengan kepala terangkat tinggi. Matanya menyorot penuh ketegasan lagi intimidasi yang mendalam. "... kau dan Louis akan bertanggung jawab. Jangan meminta bantuanku, utamanya."
Megan dan Louis secara bersama-sama membungkuk 45 derajat. Mereka siap bertanggung jawab atas keputusan yang telah melalui proses analisa panjang.
"Apa aku menakuti kalian?" tanya Claudine lalu memeluk tubuh mungil Megan. "Tenang saja ... bila ada yang protes, memang kau yang harus hadapi. Sekalian belajar bagaimana mengatasi masalah. Louis akan membantumu jika benar ada anggota keluarga yang tidak terima."
"Terima kasih, Nenek." Megan membalas pelukan Claudine.
Pelukan keduanya terlepas. Claudine kembali menonton bersama Diana. Sedang Megan melangkah ke halaman belakang dengan Louis mengikuti.
"Kenapa kemari?" tanya Megan menatap lurus ke depan ketika Louis telah berdiri di sebelahnya. "Kau mengikutiku, Louis?"
"Memang kenapa kalau aku mengikutimu, Nona? Tiga puluh menit ke depan aku akan kembali ke Monaco. Tidak ingin mengobrol santai denganku, um?"
Megan menoleh pelan-pelan ke samping. Mata elang hazel kepunyaan Louis menyambut tatapannya, menghunus lurus lagi lekat-lekat ke dalam manik turquoise Megan.
"Mengobrol tentang apa?"
Louis mengangguk pelan. Masih ia tilik manik Megan dalam-dalam. Biar ia saja yang memulai percakapan ini. "Kau memiliki ketertarikan di suatu bidang? Siapa tahu aku bisa berbagi sedikit ilmuku."
"Aku suka IPA. Jika lebih ditilik ... bidang yang kuminati sebenarnya Gizi. Aku menyukai makanan sehat dan memakan makanan sehat. Aku ingin keluargaku sehat. Aku ingin semua orang bisq makan makanan bergizi seimbang."
"Sudah kau riset sedikit-sedikit akan melanjutkan ke universitas mana? Sudah kau ikuti lomba-lomba Nasional dan Internasional terkait Gizi?"
Megan menghadap ke depan, ia menggeleng pelan. "Apa harus mulai sekarang? Kupikir di kelas 12 nanti."
"Lebih cepat lebih baik. Selagi kau melakukan riset terhadap universitas incaranmu yang di dalamnya terdapat program studi Gizi berskala Internasional dengan kualitas mentereng tentunya, kau bisa melihat-lihat bagaimana lingkungan sekitar universitas. Kau juga sebenarnya bisa menyiapkan setidaknya 10 universitas sebagai tujuan. Mana yang paling kau minati, daftarlah di situ. Jika ingin mendaftar langsung di 5 universitas, silakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...