happy reading, my dear readers🧸🥛
***
Pagi hari ini cuaca tampak berawan. Lagi-lagi seperti itu. Namun, para siswa-siswi mensyukurinya karena terik matahari yang menyengat tidak membuat mereka kepanasan, entah di dalam atau di luar ruangan.
Megan memerhatikan ketiga temannya yang sibuk berfoto, gadis itu bukan tidak diajak, tapi dia sengaja menolak. Diana melarangnya mengambil foto dirinya sendiri. Ia harus menjaga citranya agar rekam jejak sosial media tidak akan menyulitkan Megan ketika gadis itu menjadi nyonya Espinoza.
Diberi gelar tertinggi di keluarganya, pasti akan ada banyak kecurangan dan juga penyelidikan untuk mencari kelemahan dan kekurangan gadis itu oleh anggota keluarga lain yang tidak terima. Seorang penerus pemimpin tertinggi di keluarga Espinoza itu—harus dan wajib—tidak mengumbar fotonya dengan begitu saja. Kecuali, jika itu diambil oleh orang lain, itu di luar kendali. Namun, perlunya menjaga sikap agar ketika tidak sengaja ikut terfoto bersama orang lain, diri kita terlihat rapi dan anggun.
"Guys, gue mau post foto muka, tapi bukan yang tadi, yang kemaren-kemaren. Gimana kalo kita post barengan?" ajak Audey antusias.
"Boleh. Feed gue kosong banget," kata Ruth menyetujui.
"Aku juga mau post!" antusias Cellin.
Audey kemudian menoleh pada Megan. "Lo engga, Meg?"
Megan menggeleng pelan. Punya aplikasinya saja dia tidak.
"Spill akun lo aja. Masa udah dua minggu lewat dua hari kita belum saling follow di ig." Audey menghela napas begitu mendapat respon gelengan dari Megan. "Lo gak ada aplikasinya?"
"Iya, tidak ada."
"Kamu kalau waktu luang, ngapain aja, dong? Misal kalau lagi malas-malasan?" tanya Cellin memerhatikan Megan.
"Waktu kosong, ya? Aku biasanya—" Megan mengingat-ingat apa yang dia lakukan ketika waktu luangnya. Sepanjang hari adalah waktu luang, dan ia mengisinya dengan belajar, bermain musik, memetik bunga di taman belakang, membaca movel, merajut, dan menonton serial keluarga kerajaan setiap sorenya setelah menghabiskan waktu untuk tea time ditemani Diana. "—baca novel."
"Kamu ga bosan?" Pertanyaan Cellin itu membuat Megan menggeleng pelan. Bosan? Tidak. Megan sangat menikmatinya.
"Isi hp lo apa aja, sih? Kok bisa gada ig?" tanya Audey tidak habis pikir. "Sosial media yang lo punya apa aja? Twitter, ada?"
"Tidak ada. Aku hanya ada Whatsapp."
"Jarang main hp?" tanya Audey yang dibalas Megan, "Iya." Bahkan batrainya bisa bertahan semingguan. Gadis itu hanya membuka ponsel jika ada pesan masuk dari aplikasi bertukar pesan berwarna hijau itu. Selebihnya, dia tidak akan menyentuh ponselnya.
"Kok bisa, sih, lo betah sama hidup lo tanpa ig?! Kayak, lo gak ada kepoin beauty and fashion, healthy food recipe, gym tips for girls or news tentang artis-artis? Really? How come?!"
"Orang jenius emang beda sama orang stupid kayak lo, Dey."
"How could you!" Audey bersedekap dada. "Gue, kan, kaget. Soalnya kebanyakan udah pada pake ig."
"Ya, udah, sih. Lo repot banget."
"Gue kaget, Ruth! I told you before!!"
Keduanya saling lempar tatapan tajam satu sama lain. Sementara Cellin hanya tertawa saja memerhatikan kedua gadis itu. Setelah hari demi hari berlalu, Megan perlahan mengetahui sifat ketiga temannya ini dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...