happy reading, my dear readers🧸🥛
***
Megan menarik koper yang berisi pakaiannya menuju gerbang utama SMA Darena. Di sana, sebuah mobil sedan putih yang dikemudikan bu Ratih sudah terparkir dengan beliau yang kini sedang memanaskan mesin mobil. Megan tadi baru selesai mengurus keperluan dispen pada guru-guru di kelas. Dia juga berpamitan pada ketiga temannya.
'Megan, jangan sampe betah lo di Jogja! Ntar gue kalo mau nyembunyiin muka ke bahu siapa lagi cobaaa??! Kalo gue salting ketemu kak Galang, kalo lo gak ada di samping gue buat sandaran, gue harus nyari sandaran kemana lagi, Megannn?!!'
'Lo harus balik secepatnya ke 10 IPA 1! Masa lo tega ninggalin gue sama Cellin lama-lama buat ngadepin kelakuan dungunya Audey?!'
'Jangan lupa oleh-olehnya, ya, Megan! Tapi maksud aku, oleh-oleh piala kelas, hehe!! Pokoknya itu, lah! Kamu harus sering-sering telpon dan balas pesan kami di grup, ya!!!"
Megan tersenyum tipis mengingat perkataan tiga temannya tadi. Megan dan ketiga gadis itu juga berpelukan erat tadi karena ketiganya sangat berat hati akan menjalani hari selama seminggu tanpa sosok Megan.
Sahabat, ya?
Megan mengerjap begitu pegangan kopernya terlepas dari genggaman tangan gadis itu. Ia menoleh, mendapati perawakan Arga yang mengambil alih bawaan kopernya. Megan mengangkat sedikit lebih tinggi wajahnya—mengingat tingginya hanya sebatas bahu Arga.
"Terima kasih, Kak."
Megan tidak tahu harus merespon apa. Namun, menurut gadis itu berterimakasih adalah respon paling baik.
Arga hanya mengangguk. Koper bawaannya sudah ia taruh dari awal di bagasi mobil Ratih ketika sampai di sekolah sebelum mengurus berbagai keperluan dispen. Melihat Megan menarik kopernya seorang diri, membuat rasa ingin membantu mencuat dalam diri laki-laki itu. Di sinilah dia sekarang, melangkah beriringan bersama Megan dengan tangan kirinya menarik koper gadis itu, sementara tangan kanannya berada di saku celana.
"BUSET, KIW KIW!!"
"WADUH, SEGALA BAWA KOPER!"
"LO BERDUA KAYAK MAU HOLIDAY AJA, WOI!!"—walaupun Megan dan Arga masih sama-sama memakai seragam sekolah.
Arga tidak menghiraukan teman-temannya itu. Ia pikir tadi keenam temannya akan pergi ke kantin atau kemana saja, ternyata membuntutinya dan meledek seperti sekarang.
"Megan!!" sapa Regan sambil melambai, ia berusaha menyamai langkahnya dengan Megan.
"Hati-hati, ya!"
Megan menoleh lalu tersenyum. "Terima kasih, Kak."
"Duh, meleleh hati gue!" Regan pura-pura meleyot sambil terus menyamai langkahnya dengan Megan.
Arga melirik sekilas ke arah keduanya. Tatapan laki-laki itu berubah tajam. Sebuah tangan yang merangkul bahunya membuat laki-laki itu beralih fokus dan melirik ke samping kanan. Ada Galang yang menatapnya sambil tersenyum menggoda.
"Apa?" tanya Arga mendatarkan tatapannya.
"Gapapa, sihhhh," kata Galang panjang sambil cengengesan. "Hati-hati aja lo berdua."
"Hati-hati, ya, Megan. Kalo Arga gak bawain koper lo lagi, ngadu aja ke gue! Ntar gue nyusul ke Jogja buat bawain koper lo!!" kata Iqbal mantap yang dibalas senyum manis dari Megan. "Terima kasih, Kak."
"Jangan manis-manis, Meg, senyumnya. Lo terlalu manis, apalagi senyum, tambah manis." Iqbal menyender pada Regan.
"Lo ngapain nyender-nyender, sialan?!" seru Regan tidak terima seraya menyentak kepala Iqbal dari bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...