happy reading, my dear readers🧸🥛
***
Hari ini adalah hari di mana pertandingan Polo antar seluruh SMA di ibukota bertanding guna mendapat gelar Raja Polo untuk sekolah tercinta. Termasuk Arga, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan yang selama dua mingguan ini berlatih sungguh-sungguh bersama para pelatih terbaik kenalan pak Joseph.
Megan turut hadir dalam pertandingan Polo, sebab ia merupakan anggota ekskul berkuda yang mana wajib baginya untuk memberi dukungan. Gadis itu tidak sendirian, ia ditemani ketiga temannya yang memang tertarik akan bagaimana Arga bermain Polo.
Dalam pikiran Audey, Arga pasti akan terlihat sangat seksi menawan menunggangi kuda sembari membawa mallet polo. Gadis itu bahkan sudah bisa membayangkan segagah apa Arga nantinya.
"GUE EXCITED BANGET, GILA!" pekik Audey, suaranya menggema dalam toilet perempuan. Di depan cermin wastafel ia berkaca, memandangi sejenak wajahnya yang dibalut make up tipis. Barulah ia lirik Megan yang berdiri di sebelahnya, sibuk re-apply sunscreen di wajah putih pucatnya nan bersih. "Gue yakin, kali ini lo pasti seneng kita jamkos, kan, Meg? Jadi bisa nonton kak Arga main."
Meski pihak Darena mengirimkan siswa-siswinya untuk memberi dukungan, tetap ada batas waktu. Daripada diliburkan, sekolah membuat kebijakan untuk memberi jam kosong saja ketika ada pertandingan seperti ini, sehingga siswa-siswinya masih dapat melanjutkan pelajaran setelah acara selesai.
Megan melirik sekilas ke arah Audey. "Tidak juga. I prefer studying math in class."
"Damn, gurl?" Ruth melotot kecil pada Megan, tidak habis pikir. Ia lalu memoles lipstick nude di bibir tebalnya. "Lo emang aneh banget, sih, Meg. Gue akui."
Audey menyembur tawanya. Gadis itu kemudian menggandeng lengan Megan. "Yok, balik. SMANDA bentar lagi main. Kita nggak boleh ketinggalan nontonin kak Arga!"
"Kamu itu, Audey ... udah ada kak Galang, masih aja suka lirik sana-sini," kata Cellin pelan sembari melangkah keluar toilet. Ia merangkul lengan Ruth, beriringan dengan gadis berwajah jutek alami itu.
Sejenak gadis berkulit agak tan itu tergelak mendengar penuturan Cellin. "Cuci mata gitu, loh. Lagian, siapa yang bisa nolak pesona seorang the most wanted boy SMANDA, the 'it boy Darena'!"
"Megan," kata Ruth singkat, padat, tepat sasaran—seharusnya memang seperti itu.
*****
Arga menunggangi seekor kuda putih, menuntunnya untuk bergerak cepat mengejar bola yang sejak tadi dioper. Ia memegang tali kendali kuda di tangan kiri, sementara tongkat panjang mallet Arga genggam di tangan kanan, mengarah lurus ke bawah, mengejar bola kecil untuk diambil alih.
Lihai laki-laki itu bermain. Melesat kencang bersama kudanya, membawa bola kecil itu ke gawang lawan. Meski kini ia diapit kanan-kiri oleh anggota lawan, tidak membuat Arga gentar. Justru pemilik mata biru seindah laut lepas itu kian memacu kudanya, dan dengan satu pukulan kuat ia pukul bola menggunakan mallet.
Bola itu melambung, tepat sasaran memasuki gawang lawan. Arga ber-smirk, peluh keringat yang bercucuran membuat pekikan siswi SMANDA yang hadir kian menggila, pun para perempuan dari sekolah lain yang ikut terpesona.
Terlepas dari keahlian Arga dalam bermain, ada hal lain juga yang memperkuat pesonanya. Kemeja lengan pendek dari luxury brand; Ralph Lauren berwarna biru dongker, celana putih dan sepatu boot hitam, serta sarung tangan pendek berwarna hitam juga tak luput dari pandangan Megan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...