happy reading, my dear readers🧸🥛
***
Megan kini tengah berlatih menunggangi kuda bersama Kyle. Hanya berjalan-jalan biasa. Kyle yang menuntun kudanya untuk bergerak, sementara Megan hanya duduk diam sambil memegangi tali kendali kuda tanpa digerakkan.
Kyle tidak ambil pusing, menurutnya dengan Megan yang berani menaiki kuda itu saja, sudah bagus sekali. Megan paham cara menaiki dan menuruni seekor kuda seperti apa, jadi setidaknya gadis itu paham basic-nya.
"Kyle, kamu tidak lelah?" tanya Megan pelan. Kyle itu terlalu ingin melakukan yang terbaik untuk Megan, gadis itu jadi khawatir kalau Kyle sebenarnya sudah lelah, tapi masih mengajari karena tidak ingin membuat dirinya menyudahi latihan dengan cepat.
"Gue nggak ada bilang kalo gue capek. Lagian, cuma nuntun kuda keliling lapangan doang, mah, nggak bikin capek, Megan." Kyle menoleh sekilas pada Megan, ia tersenyum.
Megan menatap Kyle. "Jangan memaksa dirimu. Kita sudah keliling lapangan sebanyak lima kali. Aku tahu kamu lelah. Aku, pun, lelah. Ayo beristirahat dulu."
"Lo beneran capek?" Kyle menghentikan kuda putih yang sejak tadi dituntunnya untuk bergerak maju. "Gue nggak capek, Meg. Serius."
"Aku yang lelah. Kita istirahat sebentar, ya."
Kyle mengangguk sambil tersenyum. Ia mengulurkan satu tangannya untuk membantu Megan turun.
Megan membalas senyuman Kyle, tapi ia tidak menerima uluran tangan laki-laki itu. Megan turun sendiri dari atas kuda, tanpa bantuan Kyle.
"Aku sudah bisa turun sendiri, Kyle. Terima kasih."
Awal-awal latihan berkuda, Megan selalu menerima uluran tangan Kyle yang membantunya untuk naik ataupun turun dari atas kuda. Namun kali ini, Megan sudah bisa mandiri. Yah, ada peningkatan dari hasil latihan tiga harian ini.
Progres setiap orang berbeda. Megan yang terbiasa menggerakkan tubuhnya dengan anggun, tentu saja akan mengalami kesulitan diawal ketika mencoba sesuatu di luar zona nyamannya. Menerima uluran tangan Kyle, bukan bermaksud modus atau apalah, tetapi memang diulurkan bantuan dan Megan hanya menerimanya.
Kyle dan Megan lantas melangkah beriringan menuntun kuda putih itu menuju kandang. Sesekali terdengar gurauan Kyle yang disambut seulas senyum dari Megan sebagai respon kalau ia mendengarkan.
"Oh, iya, Megan. Lo udah denger tentang pertandingan Polo itu belum?"
"Sudah."
"Lo daftar nggak?"
"Tidak, Kyle. Aku baru di level awal, mana bisa bermain kuda sambil membawa tongkat," kata Megan, kemudian ia tertawa pelan. "Kamu sendiri?"
Sejenak Kyle tertegun. Manis. Tawa Megan sungguh manis, bak gula yang mencandukan. "Sama aja, Megan. Gue masih di level pertengahan, mana bisa ngebagi fokus begitu. Nanti, lah, tahun depan. Kita ikut bareng-bareng. Sekarang fokus latihan berkuda dulu," ucap Kyle, menyengir.
"Kamu saja yang ikut, Kyle. Aku memberi semangat saja."
"Yah ... nggak seru, dong, Meg. Gue maunya lo juga ikut," kata Kyle sambil menoleh pada Megan. Memerhatikan gadis itu yang kini mengulum senyum.
"Tidak, kamu saja yang ikut, Kyle."
"Ya, udah, deh." Kyle tergelak, sementara tangannya bergerak mengikatkan tali kuda putih tadi pada papan ketika sampai di dalam kandang. Setelah memastikan ikatan tersebut tidak akan terlepas, ia dan Megan melangkah keluar.
Kali ini tidak ada percakapan di antara keduanya. Hanya diam sambil berjalan santai tidak tentu arah.
Kyle menyipitkan mata melihat kerumunan di belakang kandang. Ada suara MC juga yang memeriahkan, sepertinya sedang diadakan pertujukan permainan Polo sebagai bentuk seleksi terhadap siswa-siswi yang berpartisipasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Megan
Teen Fiction"You must keep your honor, Megan." Usaha Megan untuk tetap menjunjung tinggi harga diri, dengan tidak mudah meletakkan hati pada sembarang laki-laki. Tentang ambisi gadis itu untuk tumbuh menjadi seorang lady yang sempurna dalam segala hal, dan meng...