Chapter XXXVI

15 1 9
                                    

percakapan antara orang-orang di rumah Diana ini dalam bahasa Italia. Eer tulis dalam bahasa Indonesia demi kenyamanan bersama, dengan menggunakan kata-kata baku tentunya🕊🤍

anyway, don't forget to follow my wattpad account and my instagram account; parkerniii, to get more information🌷🤍

happy reading, my dear readers🧸🥛

***

Dalam dekapan Claudine kini berada beberapa tangkai bunga lili merah muda. Di sebelahnya ada Megan yang juga menikmati kegiatan memetik bunga di halaman belakang rumah. Diana memandu keduanya, kemana langkahnya pergi, di situ Megan dan Claudine mengikuti.

Megan hirup dalam-dalam aroma bunga segar. Seolah dapat menular, membuat tubuh gadis itu seketika terasa lebih bersemangat. Udara subuh hari dengan embusan angin sejuk dan titisan embun yang terasa samar-samar membuat Megan spontan memejamkan mata, menikmati kesegaran udara bersih nan sehat yang menyapa wajah dan tubuhnya.

"Sejak kapan kau menekuni bakat barumu ini, putriku Diana?" tanya Claudine lembut. Kakinya yang terbalut heels 9 cm itu melangkah sedikit lebih cepat guna mengejar Diana yang berada cukup jauh.

"Sejak kubeli dan kutinggali rumah ini, Ibu. Aku agak merasa kegelisahan tiap kali putriku Megan tidur lelap atau berangkat sekolah. Aku merasa hilang arah dan tak tahu harus melakukan apa. Merasa sendirian di rumah ini, seolah tak ada yang dapat kulakukan. Biasanya aku sibuk mengurusi berkas-berkas perusahaan atau urusan keluarga besar."

"Selama 9 bulan mengandung Megan, jujur saja aku merasakan kesepian dan ketakutan. Perasaan itu kian menjadi setelah kepindahanku kemari. Ketika di mansion kala itu selama 5 tahun lamanya, aku dapat melakukan hal-hal kecil seperti mengelilingi mansion untuk menghilangkan kejenuhan dengan pemandangan indah nan cantik menawan hati. Di sini ... tidak ada yang bisa kulakukan selain duduk seorang diri di sofa atau dalam kamar. Aku kesepian, Ibu ...."

Tatapan Claudine berubah teduh, sendu ia melihat putri tercintanya ini. Kian sedih tatkala membayangkan bagaimana perasaan-perasaan tidak nyaman itu menggerogoti hati dan relung Diana.

"Lalu, Poli memberikan saran terbaiknya, dan aku hanya herniat coba-coba saja atas sarannya; menanam bunga. Namun, seiring berjalannya waktu ... aku senang, aku merasa hidup kembali, aku seolah memiliki teman baru yang banyak. Kadang aku bercerita pada bunga-bunga ini." Diana memandang lurus ke depan, matanya tersenyum teduh dengan hati yang menghangat. Dapat juga ia sampaikan gejolak perasaan di hatinya yang tertahan sejak lama pada sang ibu tercinta.

"Maaf aku tidak di sana untuk menemanimu, putriku Diana."

Diana menoleh pada Claudine yang kini menatapnya penuh kasih dan cinta. "Maaf juga karena aku telah mengecewakanmu, Ibuku tersayang. Aku mengaku salah, menyesal melanggar laranganmu. Aku sedih karena telah membuat kekecewaan begitu dalam di relung hatimu."

"Aku sudah memaafkanmu, putriku. Sejak lama sudah kumaafkan kau."

Megan memerhatikan nenek dan ibunya, setelah berpandangan lama menyiratkan kesedihan masing-masing lewat mata, keduanya kembali berbincang hangat. Sesekali tawa indah nenek dan ibunya tercipta di wajah cantik mereka. Megan dapat merasakan kehangatan menjalar di hatinya, ia jadi terharu melihat ibu dan neneknya lebih akrab dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya yang selama ini ada.

"Astaga ... putrimu tertinggal di belakang," seru Claudine kembali menghampiri Megan. Disusul Diana yang juga menghampiri sang putri tercinta.

Posisi Megan kini berada di tengah, diapit oleh dua wanita hebat yang cintanya begitu luar biasa pada dirinya.

MeganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang