❤️🩹
Apa kalian pernah merasa sudah sangat kuat, melangkah terlalu jauh hingga orang di masa lalu tak akan mampu menggugat hati kalian lagi? Namun, akhirnya, saat bertatapan, hati kalian tiba-tiba dipenuhi rasa sesak luar biasa. Seolah perjalanan jauh yang telah ditempuh itu ilusi. Bahwa ternyata kalian hanya berjalan di tempat dan segala kekuatan itu tersedot tanpa sisa.
Jika iya, maka kalian pasti memahami perasaanku sekarang.
Tiba-tiba saja mataku memanas dan tanpa bisa kutahan, tangis itu pecah lagi.
Sial. Ini tidak benar. Di novel atau drakor, saat bertemu mantan itu, tokoh wanitanya mengangkat dagu dan terlihat mempesona.
Namun, sebentuk rasa rindu yang tiba-tiba saja tumpah ruah. Ada rasa sakit yang merajalela. Ada kelehan yang akhirnya menemukan titik pelepasan.
Perasaanku begitu rumit hingga tak bisa dikendalikan.
Tangisku makin hebat, hingga isakan itu pasti bisa terdengar keluar kamar.
Ini memalukan, tapi mau gimana. Berusaha berhenti menangis malah membuatku kewalahan.
Sambada sudah menarik tangannya dari kepalaku. Seakan dia tahu bawah sentuhannya itulah yang membuatku menangis.
"Ke-kenapa tangannya ditarik?" tanyaku terbata.
"Aku ke sini bukan buat kamu nangis lagi."
"Sia-siapa bi-bilang Thira nangis gara-gara Kak Bada." Aku nenarik napas agar berhenti terbata. "Jangan percaya ama Ibu. Ibu tuh kayak buzzer jaman pilpres, sukanya nyebar hoax buat jatuhin lawan."
"Tapi kan kamu bukan lawan Ibu, tapi anaknya."
"I-iya sih, tapi jangan ditelan semuanya omongan Ibu."
"Aku nggak telan kok. Cuma dengerin."
"I-itu sih sama aja!" sungutku. Aku menggosok hidungku yang terasa gatal. Setiap menangis hidungku akan merah dan sedikit bengkak. Itulah kenapa aku tak suka menangis. Aku akan terlihat jelek, meski Qahi bilang aku malah terlihat seperti pikachu. Meski seingatku pikachu pipinyalah yang merah.
"Jadi kamu nggak nangis gara-gara ketemu aku?"
"Nggaklah," ujarku berusaha menyelamatkan harga diri.
"Oh ... jadi ternyata beneran karena kangen Qahi."
"Apa?!"
"Kalau iya juga nggak apa-apa kok. Dari dulu kan kamu memang nggak bisa jauh-jauh dari dia."
Makjleb.
Kenapa hatiku merasa sedih mendengar ucapan Kak Sambada. Padahal wajahnya terlihat baik-baik saja.
Dulu aku memang sering merindukan Qahi. Dia bukan sekedar cinta pertamaku, tapi sahabat terbaik sekaligus patah hati pertamaku. Saat Qahi meninggalkanku tiga hari sebelum hari pernikahan kami. Bisa kukatakan aku seperti mayat hidup. Aku tak menangis karena terlalu terpukul dan belum mampu mencerna keadaan.
Berhari-hari aku hanya mampu berbaring dengan memeluk surat yang dibawakan Kak Sambada berisi permohonan maaf Qahi karena harus meninggalkanku.
Iya, aku diputusin Qahi sama seperti cara yang dialami wanita era delapan puluhan saat handphone belum ada.
Hingga sehari sebelum pernikahan itu terjadi, Kak Sambada tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Memaksaku bangun dari tempat tidur dan menyeretku ke depan cermin. Dia menunjukkan betapa menyedihkannya gadis yang terpantul di sana hanya karena seseorang yang tidak layak dan terlalu pengecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Has To Be You
RomanceAthira dan Qahi adalah sahabat, sangat dekat, saling menyayangi dan perlahan menumbuhkan cinta. Athira selalu percaya bahwa dirinya diciptakan untuk Qahi. Itu sudah tertanam di kepalanya sejak dia bisa mengingat sesuatu. Namun, di usianya yang hampi...