Otw Imamnya Akuh

7K 1.6K 248
                                    

❤️‍🩹

Aku  ngeliatin Cimol yang makan ikan tongkol goreng dengan sangat lahap. Cimol tuh nggak bosen-bosen sama yang namanya ikan tongkol. Dia dikasi ikan lain sih mau juga, tapi pasti nggak habis kayak pas makan ikan tongkol. Entah selera atau setia, tapi kalo jadi manusia Cimol pasti bukan tipe bosenan.

Pantaa aja dia nggak bisa move on dari Jali. Wong dari ikan tongkol aja Cimol nggak pernah berpaling. Ibaratnya sama tongkol dan Jali, Cimol bakal bilang it has to be you.

Sama kayak aku ke Kak Sambada. Eitss, tapi kok kesannya kayak perasaanku yang lebih gede. Di mana-mana, enaknya itu ngeliat cowok yang bucin. Kalo cowok bucin, dibilang romantis. Nah, kalo cewek bucin pasti dianggap bego.

Aku kan menolak jadi kaum bego, (meski dulu sering) jadi mari kita anggap Kak Sambada-lah yang nggak bisa sama orang lain kecuali sama aku.

Meski kenyataanya aku udah nolak banyak cowok gara-gara gagal move on berkambing hitam trauma. Nyatanya aku selalu ngebandingin cowok yang berusaha deketin aku sama Kak Sambada. Cape banget emang.

"Miowww ...."

Suara Cimol yang mendayu-dayu narik aku dari lamunan. Aku mengulurkan tangan, mengelus bulunya yang oren.

Cimol kucing kampung, meski bukan ras campuran aku yakin Cimol nggak akan kebanting sama kucing lain. Cimol itu kayak punya inner beuty yang bikin dia jadi pusat perhatian, buktinya ya keberhasilan Cimol bikin aku sama Ibu jadi babunya. Sungguh prestasi yang nggak patut dibanggakan bukan?

"Miowww ...."

"Apa, Mol? Kenapa kamu nggak ceria hari ini? Cerita ke Kakak, ada apa?"

"Miwowww ...."

"Oh, Ibu marahin kamu juga gara-gara nggak pulang? Kamu sih, nakal. Nginap di tempat Jali lagi kamu?" Aku menghela napas. Cimol menatapku dengan matanya yang kehijauan indah. "Tapi sama sih. Aku juga diomelin Ibu. Sempat mau masuk katagori Malin Kundamg meski kasusnya di sini aku yang bakal nggak diakui jadi anak."

"Mioww ... miowww ...."

"Dih kepo banget kamu mau tahu detailnya." Ibu bakal ngomelin aku ngajak Cimol makan di kamar.

Ibu bilang sebagai cewek kudu bersih, resik. Tapi aku kan dalam mode galau, kebersihan itu urutan keseratus lima puluh sembilan dalam daftar di kepalaku. Karena urutan ke satu sampai seratus lima puluh delapan itu isinya  Kak Sambada aja.

Iya, aku galau gara-gara dia belum ngechat aku, apalagi nelepon. Ish, padahal tadi malam aja kayak ciciak di dinding sama aku. Nempellll mulu. Sekarang, udah mau siang dia belum ada ngabarin. Masalahnya kan dia mau ketemu sama si teman, tapi amin. Gimana kalo si sendok bisa bikin dia berpaling?

"Miowwww ...."

"Berisik Mol, kamu itu ya nggak bakal pernah puas sampai aku kasi tau semuanya. Padahal aku aja nggak pernah nanyain kamu ngapa-apain aja sama Jali." Aku cemberut, tapi Cimol terus mengeong. Aku akhirnya mendesah. "Intinya ya Mol, Ibu ketemu celana dalan aku sama kemeja Kak Bada. Heboh pokoknya, Mol. Kak Bada aja sampe digebukin Ibu. Ya kamu nggak perlu taulah kenapa Ibu bisa sampai nemuin. Udah jelas kan aku sama Kak Bada mau ikuk-ikuk, kayak kamu sama Jali. Tapi intinya kami bakal nikah."

"Miowwww ...."

"Iya, Mol aku bakal rujuk, tapi  awas aja kalo kamu bikin suamiku jadi babu barumu! Suami  eh suami." Aku menutup wajah malu. "Aduh aku salting kamu liatin gitu Mol. Nggak usah bayangin nggak-nggak Mol. Nggak baik buat kesehatan mental kamu. Ya masak kami cuma mau tatap-tatapan, ya main kuda-kudaan lah."

Aku ngikik ngeliat wajah sinis Cimol yang kini keliatan tertekan. Dia mana ngerti kuda-kudaan, dia kan kucing. Kalo dia mah kerjaanya pasti kucing-kucingan.  Kikikan yang langsung lenyap saat ingat Kak Sambada mau ketemu si sendok.

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang