Hamil

6.2K 1.3K 221
                                    


Apdettt ...!!!

Ini apdetan terakhir sebelom lebaran yes. Sebenernya tinggal beberapa part lagi tamat sih. Tapi kita kan kudu lebaran dolooo. Ehek.

Maaf lahir bathin ya Nyaiii semuanya. Kalo inak ada salah2 kata dam sering nyebelin, mohon diampuni.🙏😘😘

*****

Sambada tidak pernah merasa setakut ini, seumur hidup. Seolah akhir dari dunia sedang terhampar di hadapannya. Melihat sang istri yang merintih kesakitan dan bersimbah air mata, membuat kemarahan Sambada lenyap seketika, berganti rasa ngeri yang bersumber dari rasa berdosa.

Sambada langsung mengangkat diri dari tubuh Athira. Duduk di samping wanita itu dan berusaha untuk memahami situasi yang ada. Dia ingin menolong istrinya.

"Sayang ... cantik, buka matamu. Bertahanlah, katakan bagaimana aku membantumu?"

"Sakit ... sakit ...."

Air mata Athira makin deras. Dan saat itulah Sambada sadae bahwa sakit Athira bukan sesuatu  yang bisa dia tangani. Dia bukan dokter. "Aku akan membawamu ke rumah sakit ...."

Namun, Athira tak memberi jawaban apapun selain bibirnya yang mulai bergertar dan kembali mendesiskan kata sakit.

Peluh sebesar biji jangung menuruni kening wanita itu.

"Jangan bergerak ya, Cantik. Aku akan menggendongmu. Tahan sedikit, Sayang." Tepat setelah mengucapkan hal itu, Sambada lalu menggendong tubuh lemas Athira. Rintihan panjang wanita itu kembali terdengar membuat Sambada berjuang agar tidak menunjukkan kepanikannya. Pria itu membuka pintu dengan sebelah tangan. Berusaha tak menimbulkan gerakan terlalu keras yang akan membuat Athira merasa terganggu.

"Sakit .... Sakit  banget ...."

"Iya, Sayang. Iya .... Kita akan ke dokter. Dokter akan memeriksamu dan mengobatimu. Kamu akan baik-baik saja. Aku berjanji kamu akan baik-baik saja."

Sambada mengucapkan hal itu sembari berjalan cepat menuju mobilnya.

Wajah Athira luar biasa pucat dan suaranya tak lagi sejelas tadi. Tangan Sambada terasa licin oleh keringat saat menarik pintu mobil.

Saat itulah Sambada mendengar suara klakson mobil dan dia melihat mobil ayahnya berada di luar gerbang. Qahi membuka kaca depan dan langsung turun.

Qahi berusaha membuka pintu gerbang, tapi gagal.

"Athira kenapa? Kak ? Athira kenapa?! Buka gerbangnya! Apa yang Kakak lakukan pada Athira?!"

Sungguh, Sambada tak punya waktu untuk hal ini. Pria itu segera mendudukan Athira di kursi penumpang. Berlari mengunci pintu rumah lalu segera mengendarai mobilnya meninggalkan rumah.

Gerbang tertutup otomatis saat Sambada keluar. Dia tak mempedulikan Qahi yang berusaha mengejarnya.  Mobil sang adik mengikutinya di belakang.

Ada banyak pertanyaan yang menyemak di kepala Sambada, salah satunya kenapa Qahi bisa datang ke rumahnya sepagi ini. Namun, yang terpenting saat ini adalah Athira. Karena wanita itu terlihat makin parah saja.

Hanya butuh waktu lima belas menit bagi Sambada saat akhirnya sampai di depan ruang IGD rumah sakit.

Pria itu  rasanya hampir terkena serangan jantung saat melihat sang istri sudah tidak sadarkan diri. Sambada menahan air matanya saat akhirnya menggendong Athira keluar dari mobil.

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang