Bebh eke baru nulis, nggak sempet ngedit awokoko. Post sekarang soalnya mau ke rumah mertua saya ntar soreh. Hayoklah anda bacaaaaaa.*****
Qahi bebas. Iya aku bilang bebas soalnya dia nggak harus masuk penjara. Kak Sambada berhasil membuat keluarga korban memahami situasi Qahi.
Sungguh luar biasa. Anak orang yang ditabrak, mereka juga yang diminta mengerti.
Jujur aja aku agak kesel. Kenapa sih Kak Sambada nggak pernah nggak pernah bisa tega sama adiknya? Bukan berarti aku mau liat Qahi masuk bui lama-lama, tapi kalo itu bikin otaknya bisa bener dikit ya nggak apa-apa kan?
Masalahnya sekarang si Qahi cuma berani sembunyi di ketek kakaknya. Dulu pas masih kebucinan sama Qahi, aku nggak pernah liat dia sepengecut ini. Emang ya cinta bikin orang kesirep.
Pokoknya aku sebal banget. Padahal beberapa menit yang lalu si Qahi petantang petenteng bilang nggak butuh kakaknya.
Emang ya, apapun makanannya, minumnya ya ludah sendiri!
Gemes banget aku tuh.
Kak Sambada masih ngomong sama keluarga korban. Sementara Qahi sekarang duduk di sampingku. Tempat kami agak jauh dari kerumunan orang-orang itu.
Iya, Kak Sambada yang perintahin itu. Takut kalo Qahi dekat-dekat sama kelyarga korban, dia bakal beneran kena bogem.
Bangku besi ini emang di bawah pohon tinggi di halaman IGD.
"Kamu pasti puas."
Aku mengerjap. Ini si Qahi ngomong sama aku apa gimana?
"Pasti ngira aku kena tulah karena mengasarimu kamu tadi siang. Sepertinya memang begitu."
"Kamu ngomong sama aku?" tanyaku. Dan bener aja, si Qahi emang lagi natap aku, padahal aku dari tadi ngeliat suamiku dari kejauhan.
Pengen peluk Kak Sambada rasanya. Jujur aja aku kasihan liat dia. Dari hadapin keluarga korban yang ngamuk-ngamuk sampai sekarang masih berusaha menyakinkan bahwa kasus Qahi ini emang baiknya diselesein secara kekeluargaan. Dia pasti capek banget.
"Siapa lagi?"
"Iya siapa tahu kamy ngomong sama kerikil yang kamu injek. Kamu kan suka nginjek-injek orang."
"Penilaianmu sama aku minus banget sekarang ya."
"Banget."
"Padahal dulu kamu sesayang itu sama aku."
"Masih sayang kok."
Mata Qahi melebar.
"Kamu sahabatku."
Matanya meredup.
"Aku mulai benci kata itu."
"Kamu emang selalu benci apapun yang nggak sesuai sama maumu."
Qahi diam lama banget sampai kembali ngomong,
"Kenapa kita jadi kayak gini, Ra?"Suara Qahi sedih banget. Hatiku jadi ikutan sedih.
"Aku nggak pernah mau kita kayak gini, Ra."
Aku nggak tau mau jawab apa. Jujur aja , meski udah nggak ada perasaan sama Qahi, tapi aku juga nggak mau hubungan kami kayak gini. Rasanya sedih banget dibenci sama orang yang dulu sangat kita sayangi.
"Kita saling berjauhan dan pas ketemu saling nyakitin."
"Aku nggak pernah mau nyakitin kamu, Qahi. Nggak pernah sama sekali," akuku jujur. Aku mau Qahi paham, ini juga berat buat aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Has To Be You
RomanceAthira dan Qahi adalah sahabat, sangat dekat, saling menyayangi dan perlahan menumbuhkan cinta. Athira selalu percaya bahwa dirinya diciptakan untuk Qahi. Itu sudah tertanam di kepalanya sejak dia bisa mengingat sesuatu. Namun, di usianya yang hampi...