Aku bangun soalnya dengar suara eongan Cimol yang berisik. Kepalaku pusing banget. Aku sampai harus mejemin mata dulu sebentar soalnya dunia kayak muter-muter.Sekarang, eongan Cimol ditambah suara gagang pintu yang ditarik. Aku langsung nyoba buka mata lagi dan detik berikutnya, ngelihat Kak Sambada masuk.
Dia kayaknya lebih kaget dari aku deh. Soalnya dia sampai nggak bisa gerak gitu di ambang pintu, sementara aku langsung ngelihat jam di dinding.
Jam enam pagi?
Suamiku nggak pulang semalaman! Dan sekarang dia muncul nggak pakai bajunya yang kemarin.
Aku butug waktu buat nyerna semuanya. Tapi nggak ada satupun alasan baik yang bisa nyangkut di otakku.
Cukup udah, aku nggak bisa kayak gini lagi. Aku bakal gila karena diabaiin dan disiksa perasaanya sama sikap Kak Sambada. Aku bukan tipe istri-istri berhati malaikat di tivi-tivi. Nggak. Kesabaranku nggak setebal honor syuting mereka. Aku menolak buat jadi wanita bego yang disiksa cinta. Apalagi ngemis-ngemis buat diperhatiin.
Aku pelan-pelan bangun. Masa bodolah sama dunia yang masih muter-muter di depanku. Kalo Kak Sambada bisa datang sama pergi seenaknya, maka tempat ini bukan rumah lagi buat dia. Aku bukan lagi rumah buat dia. Dia juga sama. Aku nggak mau bertahan di tempat di mana aku nggak dianggap.
Dia milih nyimpen rahasia dari aku. Milih nggak ngabarin aku semalaman. Milih buat nggak pulang tanpa mikirin gimana perasaan aku.
Cukup.
Aku nyerah.
Udah tiga minggu kami kayak gini terus. Aku yakin nggak bakal ada yang berubah soalnya Kak Sambada nggak bakal mau jujur.
Aku nggak bisa nyelametin dia saat hatiku sendiri nggak selamat. Dia ngebunuh harapanku.
"Thira ...."
Aku nggak jawab apapun sama Kak Sambada. Nggak keliatan merajuk, apalagi teriak-teriak. Aku milih masuk ke kamar. Pelan-pelan, soalnya masih pusing. Sampai di kamar aku buka lemari, ngeluarin tas bawaan punya Kak Sambada. Aku pinjem bentar, nggak papa kan ya?
Barangku nggak banyak di rumah itu. Iyalah, kami nikah nggak nyampe sebulan. Aku benci air mataku jatuh lagi pas masukin barang-barangku ke tas.
Kurang nahas apa lagi sih kisah cintaku. Jadi janda dua kali sama pria yang sama dan itu semua gara-gara komunikasi kami yang payah. Mana hubungan kami nggak pernah nyampe setahun lagi.
Kalo dulu ada Ibu yang bakal nguatin aku, sekarang aku nggak punya siapa-siapa lagi. Mungkin gara-gara itu Kak Sambada semena-mena. Dia tabu aku sebatang kara. Dia bisa ngelakuin apapun sama aku. Termasuk masih berhubungan sama Si Kuyang.
Air mataku makin deras. Tanganku yang berusaha ngelepas baju dari hanger bahkan gemetar.
"Thira, apa yang kamu lakukan?"
Pakai nanya lagi. Oh sekarang akhirnya dia mau ngomong? Bodo amat. Aku yang udah nggak mau ngomong sama dia.
Kak Sambada ngerebut baju dari tanganku, lalu menggantungnya lagi ke lemari.
Ya aku ambil lagi. Tapi dia rebut lagi. Begitu terus sampai aku capek sendiri. Ya udah. Toh bajuku di rumah Ibu banyak. Lagian baju-baju ini dibeli pake uangnya juga.
Aku nggak habis akal, aku ke meja rias, ngambil make up ku, terus kumasuki ke dalam tas, tapi Kak Sambada malah ngeluarinnya lagi.
"Stop!" teriaknya pas berusaha masuki semua barang-barangku yang berhamburan di lantai.
Apa aku nyerah? Oh tentu tidak. Karena dia udah ngambil alih tasku, aku nggak butuh tas itu lagi. Aku ngambil dompet sama kunci motorku di atas nakas, lalu berusaha keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Has To Be You
RomanceAthira dan Qahi adalah sahabat, sangat dekat, saling menyayangi dan perlahan menumbuhkan cinta. Athira selalu percaya bahwa dirinya diciptakan untuk Qahi. Itu sudah tertanam di kepalanya sejak dia bisa mengingat sesuatu. Namun, di usianya yang hampi...