Sakit

7.3K 1.6K 347
                                    

Buat nulis Part ini perjuangan banget. Ya lihat IG inak pasti paham. Mana pas ngedit gempa tahu. Eke di lantai tujuh bawa bocil dua. Rasanya mantap.😵‍💫



Oya Part Athira pulang dari Cafe itu ada di Karya Karsa yaaa.

❤️‍🩹

Aku terbangun karena merasakan ada sesuatu yang menekan-nekan  pinggulku. Sesuatu yang anehnya  terasa familier.

Aku pernah merasakan tekanan seperti ini.

Seketika aku membuka mata. Menahan napas. Buset, si tongkat sakti beraksi.

Diperparah dengan bibir Kak Bada yang terus memberi kecupan di punggungku.

Aku ketiduran di pelukan Kak Sambada. Mana satu selimut kayak pengantin baru.

Harusnya aku hanya menemaninya sampai dia tidur saja. Bukannya malah ikutan tertidur kayak orang pingsan. Iya, kurang istirahat sejak semalan adalah kambing hitam paling sempurna dalam situasi ini.

Namun, masalahnya si tongkat sakti itu tidak bisa diam.

Kok bisa gitu ya? Kupikir kalo lagi sakit, harusnya si rudal nggak bisa bangun. Tapi jelas punyanya Kak Samada nggak ikut kena demam.

Gimana ini. Aku mau pura-pura tidur sampai kapan?

Aku menahan napas saat merasakan jemarinya mulai bergerak. Pertama-tama meraba-raba perutku, lalu perlahan naik.

Rasanya ... degdegan, tapi enak. Tapi lagi, kan nggak boleh. Dia nggak boleh gini dan aku nggak boleh menikmati.

"Kak ...."

"Hmm?"

"Nggak boleh kalo yang itu."

"Hmm ...."

"Kakak ngerti kan?"

"Hmmm ...."

Aku mau ngomel, beneran, tapi tangannya membuatku malah mendesah. Astaga!

Aku langsung meraih tangan Kak Sambada, menggenggamnya. Menghalanginya meremas lagi.

"Nggak boleh. Kita bukan suami Istri lagi."

"Hmmm ...."

Kak Sambada memang menjawab, tapi bukan berarti dia langsung diam. Sekarang malah bibirnya yang mulai mencium telingaku.

Ini  bahaya. Aku tahu dia lagi sakit, tapi kalau udah mau , aku mana kuat lawan tenaganya. Jadi sebelum segalanya malah membuat kami masuk neraka. Aku menjauh. Melepas pelukannya dan bangun. Gerakan yang membuatku malah berakhir mengenaskan di lantai.

Aku buru-buru duduk. Hendak memperotes Kak Sambada yang tidak membantuku. Namun, ternyata dia masih memejamkan mata.

Aku menggoyangkan lengannya. Dia masih tetap sama. Tanganku beralih ke keningnya. Sudah tidah sepanas tadi.

Dia sakit, tapi masih bisa mimpi basah. Luar biasa.

Namun, yang lebih luar biasa adalah bajunya yang basah. Basah karena keringat. Dia pasti sangat tak nyaman. Sweater setebal itu basah karena keringatnya.

Aku menghela napas. Melupakan semua tindakannya yang hampir menjerumuskan kami ke dalam lembah dosa durjana tadi, aku kembali duduk di sampingnya yang masih berbaring.

"Kak ... ayo bangun." Aku bicara dengan lebih lembut. Ngegas sama orang yang lagi sakit rasanya bikin aku jadi orang keji. Lagian, Kak Sambada itu orang tuanya aja yang lengkap, tapi nasibnya nggak beda sama yatim piatu.

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang