Taktik

5.7K 1.3K 175
                                    





*****

"Kapan?"

Rora yang hendak menuju ruang laundry langsung  berhenti saat mendengar suara sang suami. Celah kecil dari pintu ruang kerja pria itu, membuat suara Aizar terdengar hingga luar.

Suara Aizar berat, dan penuh kekuatan. Mampu mempengaruhi siapapun yang mendengarnya. Seperti Rora saat ini. Seperti ada magnet yang menahan Rora agar tidak melangkah.

Harusnya dia segera menyelesaikan urusan mencuci itu. Namun, ada sesuatu dalam suara Aizar yang membuatnya penasaran.

Rora tak bisa menahan diri untuk tidak mencuri dengar.

"Bagaimana keadaan istrinya?"

Aizar tampak menyimak dan Rora tahu bahwa pembicaraan di telepon itu pasti adalah salah satu mata-mata suaminya.

Istri? Siapa yang sedang dibicarakan Aizar.

"Jadi dia menemani istrinya di rumah sakit sekarang? Separah apa? Baik."

Rumah sakit? Siapa? Yang Rora tahu bahwa kini suaminya tengah menyelidiki keluarga Sambada.

"Aku mengerti. Terus awasi." Aizar kembali terdiam sejenak. "Tidak perlu. Adiknya bukan tanggung jawabmu. Aku bisa menanganinya sendiri. Tetaplah fokus pada Pak Altair."

Rora tersentak. Dia langsung menutup mulut agar kesiapnya tak terdengar.  Jadi suaminya sedang membicarakan tentang Altair, suami Athira.

Dan apa yang terjadi pada wanita itu? Tadi Aizar menanyakan tentang kondisinya dan menyebut-nyebut. Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi pada Athira?

Rora menjadi tidak tenang.

"Masuklah. Kamu tidak berbakat menjadi penguping."

Mata bulat wanita itu melebar. Kenapa Aizar bisa mengetahui keberadaanya. Rora bahkan tak menyadaru bahwa suaminya telah berhenti menelepon.

Suara langkah mendekat ke pintu. Rora bimbang antara ingin diam di tempat atau kabur. Sayangnya, waktu berpikirnya telah habis, karena Aizar sudah menyibak pintu dan bersandar di sana.

"Ketahuan ya?" tanya Rora dengan cengiran manis di bibirnya.

Aizar hanya memejamkan mata singkat sebagai jawaban.

"Bagaimana kamu bisa tahu? Kamu menelepon memunggungi pintu tadi?"

"Aromamu."

"Apa?"

"Aroma tubuhmu." Aizar menarik pinggang Rora. "Aku akan mengenalinya di manapun kamu berada."

Pria itu menunduk, hendak mengecup bibir sang istri, tapi telapak tangan wanita itu telah menahannya.

Aizar langsung memincingkan mata.

"Apa syaratnya?" tanya pria itu pasrah karena tahu bahwa untuk mendapat satu kecupan harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu. Rora membuat rumah tangga mereka menjadi sangat berwarna karena Aizar tak bisa bersikap seenaknya seperti dulu.

"Kejujuran."

"Aku tidak pernah berbohong padamu. Tidak sekarang."

"Tapi tidak sepenuhnya jujur."

"Karena aku tahu, tidak semuanya baik untuk kamu ketahui."

Rora cemberut. "Aku tahu kamu nelakukan itu agar aku selalu bersih jika sesuatu yang tak diinginkan sewaktu-waktu terjadi, tapi kali ini berbeda. Ini tentang Athira."

"Justru karena itulah aku tak ingin kamu terlibat." Aizar menyentuh rambut Rora. "Saat kamu terlibat, itu bisa menyeretku."

"Aku tahu, karena itu aku berjanji tidak akan berlebihan."

Has To Be YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang