Athira berada di rumah sakit selama dua hari. Dokter mengatakan kondisinya pulih dengan cepat. Meski dibekali banyak vitamin, Athira tetap merasa senang karena akhirnya bisa pulang.Tidur berpelukan memang menyenangkan, tapi tak terlalu nyaman mengingat ukuran ranjang rumah sakit yang sempit. Sementara, Thira selalu ingin berada di dekat Sambada.
Perjalanan pulang mereka tenang. Meski Athira harus pasrah saat Sambada menolak ketika istrinya mau makan pentol di pinggir jalan. Begitupun saat Athira meminta agar mereka mampir di super market untuk mengisi belanjaan. Sambada mengatakan, nanti akan membeli barang kebutuhan mereka dari rumah.
"Dokter bilang, aku udah nggak apa-apa lho, Kak," ujar Athira saat Sambada akhirnya menurunkanya di sofa.
"Alhamdulillah."
"Nggak alhamdulillah jawabannya. Aku tuh mau Kak Bada ngerti, kalo ngegendong aku kemana-mana malah bikin aku ngerasa kayak orang sakit."
"Dokter bilang kamu harus banyak istirahat."
"Iya tahu, tapi kan nggak berarti jalan juga nggak boleh. "
"Nanti kamu lelah."
"Ya kali capek dari carpot ke sini."
Meski diprotes, Sambada tampaknya tak peduli. Dia justru membantu sang istri menaikkan kaki ke atas sofa setelah menyusun tumpukan bantal tempat Athira bersandar.
"Nggak sekalian diselimutin aja?" tanya Athira penuh sindiran.
"Sebentar."
"Eh ... eh ....."
Athira kehabisan kata-kata saat Sambada masuk ke dalam kamar dan keluar dengan selimut bersih yang direntangkan di pangkuan sang istri.
"Aku tadi sarkas lho, Kak," kata Athira jujur.
"Kapan?"
"Astaga, Kakak nggak sadar?"
"Tidak."
"Kok bisa?"
Sambada membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan sang istri. "Karena aku mempercayai semua yang keluar dari mulutmu."
Athira menghela napas. "Tapi aku kan bukan orang lumpuh."
"Memang bukan."
"Terus kenapa aku diperlakuin manja banget gini?"
"Karena kamu berharga. Kamu dan anak kita, berhak mendapatkan perlakuan terbaik. Sehat-sehat ya kalian berdua."
Athira memejamkan mata saat Sambada mengecupnya lalu keluar rumah untuk memgambil barang-barang di mobil.
Sepertinya dia harus membiasakan diri dengan sikap overprotektif suaminya. Padahal Athira berencana untuk jadi Ibu hamil yang keren dan anti drama. Sesekali sih boleh manja. Namun, ternyata semesta tak mendukungnya.
*****
"Enak?" tanya Sambada saat melihat Athira mengunyah dengan sangat pelan.
Pria itu sedang berusaha menjadi suami idaman. Dia terjun langsung ke dapur untuk memasak makan malam mereka.
Ada telur dengan bayam dan keju. Juga nasi hangat yang menjadi menu utama mereka, telah habis disuapkan Sambada untuk istrinya.
Untunglah Athira tak terlalu pemilih makanan. Meski rasa masakan sambada ala kadarnya, nyatanya wanita berusaha tetap menghabiskannya.
Yang terakhir adalah pentol. Mengingat Athira sempat cemberut karena Sambada menolak membelikannya tadi, pria itu berusaha membuatkan untuk istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Has To Be You
RomanceAthira dan Qahi adalah sahabat, sangat dekat, saling menyayangi dan perlahan menumbuhkan cinta. Athira selalu percaya bahwa dirinya diciptakan untuk Qahi. Itu sudah tertanam di kepalanya sejak dia bisa mengingat sesuatu. Namun, di usianya yang hampi...